Welcome to my blog, hope you enjoy reading
RSS

Pages

Kamis, 25 Oktober 2012

coretan

*teman sejati adalah ia yang meraih tangan anda dan menyentuh hati anda
*untuk menangani dirimu,gunakan kepalamu tetapi untuk menangani orang lain, gunakan hatimu
*seorang tman sejati akan membuat anda hangat dengan kehadirannya, mempercayai akan rahasiannya dan mengingat anda dalam doa-doannya
*yang penting bukan berapa lama q'ta hidup, tapi bagaimana q'ta hidup
*yang penting bukan siapa yang benar, tapi apa yang benar
*mempunyai satu sahabat sejati lebih berharga dari seribu teman yang mementingkan dirinya sendiri.
*orang miskin bukanlah orang yang tidak punya uang satu  sen pun, tapi mereka yang g' punya mimpi
*semakin banyak anda berbicara tentang diri sendiri, semakin banyak pula kemungkinan untuk sombong
*love is so short, forgeting is so long
*kegagalan adalah kesuksesan yang tertunda

*cinta kepda harta artinnya bakhil, cinta kepada perempuan artinya alam, cinta kepada diri sendiri artinya bijaksana, cinta kepada mati adalah hidup, cinta kepada Tuhan artinya Taqwa
jangan katakan q cinta kamu, bila kau tak menarah hati padannya

Selasa, 23 Oktober 2012

Tasaawuf



PEMBAHASAN
Tasawuf adalah salah satu diantara khazanah tradisi dan warisan keilmuan islam yang sangat berharga. Tasawuuf merupakan konsepsi pengetahuan yang menekankan spiritualitas sebagai metode tercapainya kebahagiaan dan kesempurnaan dalam hidup manusia. Esensi tasawuf sebenarnya telah ada sejak masa Rosulullah saw.
Pada awalnya tasawuf merupakan suatu penafsiran lebih lanjut atas tindakan dan perkataan Rosulullah saw yang sarat dengan dimensi spiritualitas dan ketuhanan. Tasawuf tidak bisa di ketahui melalui metode-metode logis atau rasional. Pada zaman modern ini, tasawuf semakin menarik minat umat islam untuk mengamalkan ajaran tasawuf. Terutama ketika kemajuan zaman telah berdampak terhadap kekeringan jiwa manusia.
Adapun beberapa cara untuk merealisasikan dalam bertasawuf diantaranya : Takhalli (pengkosongan diri terhadap sifat-safat tercela), Tahalli (menghiasi diri dengan sifat-sifat terpuji) dan Tajalli (tersingkapnya tabir). Lebih jelasnya simak dalam pembasan dibawah ini .
A.    TAKHALLI
Takhalli atau penarikan diri. Sang hamba yang menginginkan dirinya dekat dengan Allah haruslah menarik diri dari segala sesuatu yang mengalihkan perhatiannya dari Allah. Takhalli merupakan segi filosofis terberat, karena terdiri dari mawas diri, pengekangan segala hawa nafsu dan mengkosongkan hati dari segala-galanya, kecuali dari diri yang dikasihi yaitu Allah SWT.
Takhalli berarti mengkosongkan atau memersihkan diri dari sifat-sifat tercela dan dari kotoran penyakit hati yang merusak. Hal ini akan dapat dicapai dengan jalan menjauhkan diri dari kemaksiatan dengan segala bentuk dan berusaha melepaskan dorongan hawa nafsu jahat. Menurut kelompok sufi, maksiat dibagi menjadi dua : maksiat lahir dan batin. Maksiat batin yang terdapat pada manusia tentulah lebih berbahaya lagi, karena ia tidak kelihatan tidak seperti maksiat lahir, dan kadang-kadang begitu tidak di sadari. Maksiat ini lebih sukar dihilangkan.
Perlu diketahui bahwa maksiat batin itu pula yang menjadi penggerak maksiat lahir. Selama maksiat batin itu belum bisa dihilangkan pula maksiat lahir tidak bisa di bersihkan. Maksiat lahir Adalah segala maksiat tercela yang di kerjakan oleh anggota lahir. Sedangkan maksiat batin adalah segala sifat tercela yang dilakukan oleh anggota batin dalam hal ini adalah hati, sehingga tidak mudah menerima pancaran nur Illahi, dan tersingkaplah tabir (hijab), yang membatasi dirinya dengan tuhan, dengan jalan sebagai berikut :
a.         Menghayati segala bentuk ibadah, sehingga pelaksananya tidak sekedar apa yang terlihat secara lahiriyyah, namun lebih dari itu, memahami makna hakikinya.
b.        Riyadhoh (latiahan) dan mujahadah (perjuangan) yakni berjuang dan berlatih membersihkan diri dari kekangan hawa nafsu, dan mengendalikan serta tidak menuruti keinginan hawa nafsunya tersebut. Menurut Al-Ghozali, riyadoh dan mujahadah itu adalah latihan dan kesungguhan dalam menyingkirkan keinginan hawa nafsu (shahwat) yang negativ dengan mengganti sifat yang positive.
c.         Mencari waktu yang tepat untuk mengubah sifat buruk dan mempunyai daya tangkal terhadap kebiasaan buruk dan menggantikanya dengan kebiasaannya yang baik.
d.        Mukhasabah (koreksi) terhadap diri sendiri dan selanjutnya meninggalkn sifat-sifat yang jelek itu. Memohon pertolongan Allah dari godaan syaitan.
Jika dihubungkan pemikiran dan metode KH.Ahmad Rifa'i dengan konsep tasawuf masuk dalam kategori metode tahalli yaitu mengisi diri dari sifat-sifat yang terpuji (mahmudah). Hal ini sebagaimana dikemukakan oleh Mustafa Zahri bahwa metode dan fase-fase yang harus dilalui untuk mencapai pengisian diri menuju jiwa yang sehat yaitu melalui takhalli ( membersihkan diri dari sifat-sifat tercela), tahalli (mengisi diri dengan sifat-sifat yang terpuji), dan tajalli (memperoleh kenyataan Tuhan) Penegasan Mustafa Zahri didukung pula oleh Amin Syukur yang menyatakan dalam tasawuf lewat amalan dan latihan kerohanian yang beratlah, maka hawa nafsu manusia akan dapat dikuasai sepenuhnya. Adapun sistem pembinaan dan latihan tersebut adalah melalui jenjang takhalli, tahalli dan tajalli.
Sejalan dengan itu Hanna Djumhanna Bastaman mengemukakan empat pola wawasan kesehatan mental dengan masing-masing orientasinya sebagai berikut: pertama, pola wawasan yang berorientasi simtomatis, kedua, pola wawasan yang berorientasi penyesuaian diri, ketiga, pola wawasan yang berorientasi pengembangan potensi, keempat, pola wawasan yang berorientasi agama/kerohanian, Pemikiran Ahmad Rifa’i di atas masuk dalam kategori takhalli. Dengan demikian tampaklah bahwa zuhud, qona’ah, shabar, tawakkal hatinya, mujahadah, ridho, syukur, masuk dalam kategori kriteria jiwa atau mental yang sehat. Sedangkan cinta dunia, tamak, mengikuti hawa nafsu, ujub, riya, takabbur, hasad, sum’ah, masuk dalam kriteria jiwa atau mental yang sakit. Maka dari itu kita harus selalu berusaha menjauhkan atau mengkosongkan diri dari sifat-sifat kemakasiatan , sifat itu diantaranya :
1.    Hubb al Dunya (Mencintai Dunia)Hubb al-dunya adalah cinta pada dunia, sedangkan secara istilah adalah cinta pada dunia yang dianggap mulia dan tidak melihat pada akhirat yang nantinya akan sia-sia, Perilaku ini dianggap Ahmad Rifa’i sebagai suatu perbuatan yang tercela karena memandang dunia lebih mulia dibanding akhirat. Ia menekankan celaan terhadap dunia yang dapat membawa orang lupa akan akhirat. Dengan batasan ini maka ia masih memberikan peluang untuk menyisihkan pada dunia selama tidak menjadikan orang lupa akan akhirat.
2.     Tamak
Pengertian tamak menurut Ahmad Rifa’i adalah hati yang rakus terhadap dunia sehingga tidak memperhitungkan halal dan haram yang mengakibatkan adanya dosa besar. Meskipun sifat ini dikemukakan dalam rangka takhalli, namun sebenarnya mengandung ajakan untuk menciptakan isolasi dengan kebudayaan kota sebagaimana ditampilkan oleh kekuasaan dan pejabat pribumi yang mengabdi untuk kepentingan pemerintah. Dalam kitabnya yang sarat dengan kritik yang ditujukan kepada masyarakat pribumi yang selalu mengabdikan pada pemerintah kolonial pada saat itu. Yang disebut itba al- hawa’ menurut Ahmad Rifa’i adalah menuruti hawa nafsu, sedangkan secara istilah adalah orang yang hatinya selalu mengikuti perbuatan buruk yang telah diharamkan oleh syariat. Pengertian tersebut dikemukakan dalam konteks mencela orang kafir di satu pihak dan orang munafik di satu pihak.
3.     Ujub
Ujub artinya mengherankan dalam batin.Adapun makna istilah penjelasannya Yaitu memastikan kesentosaan badan Dari siksa akhirat keselamatannya. Secara bahasa ‘ujub adalah mengherankan dalam hati/batin. Sedangkan makna secara istilah adalah memastikan kesentosaan badan dari keselamatan siksa akhirat. Menurutnya ‘ujub yang sebenarnya adalah membanggakan diri atas hasil yang telah dicapai di dalam hatinya dan dengan angan-angan merasa telah sempurna baik dari segi ilmu maupun amalnya dan ketika ada seseorang tahu tentang ilmu dan amalnya maka ia tidak akan mengembalikan semua itu pada yang kuasa yakni telah memberikan nikmat tersebut, maka ia telah benar dikatakan’ujub.
4.     Riya’
Yang dimaksud riya’ menurut Ahmad Rifa’i adalah memperlihatkan atas kebaikannya kepada manusia biasa. Sedangkan menurut istilah adalah melakukan ibadah dengan sengaja dalam hatinya yang bertujuan karena manusia (dunia) dan tidak beribadah semata-mata tertuju karena Allah. Dengan pengertian seperti ini beliau membatasi riya’ sebagai penyimpangan niat ibadah selain Allah.
5.     Takabur
Pengertian takabur menurut Ahmad Rifa’i adalah sombong merasa tinggi. Sedangkan menurut istilah adalah menetapkan kebaikan atas dirinya dalam sifat-sifat baik atau keluhuran yang disebabkan karena banyaknya harta dan kepandaian. Inti perbuatan takabur dalam pengertian tersebut adalah merasa sombong karena harta dan kapandaian yang dimiliki seseorang.
6.    Hasud
Jika penyakit hasud telah menyebar luas, dan setiap orang yang hasud mulai memperdaya setiap orang yang memiliki nikmat maka pada saat itu tipu daya telah menyebar luas pula dan tidak seorangpun yang selamat dari keburukannya karena setiap orang pembuat tipu daya dan diperdaya. Ahmad Rifa’i mengartikan hasud adalah berharap akan nikmatnya tuhan yang ada pada orang Islam baik itu ilmu, ibadah maupun harta benda.
7.    Sum’ah
Secara bahasa sum’ah adalah memperdengarkan kepada oranglain. Sedangkan secara istilah adalah melakukan ibadah dengan benar dan ikhlas karena Allah akan tetapi kemudian menuturkan kebaikannya kepada orang lain agar orang lain berbuat baik kepada dirinya. Dalam pembahasan ini beliau menekankan pada jalan yang harus ditempuh bagi seseorang muslim agar selalu mengerjakan sifatsifat terpuji dan menjauhi sifat-sifat tercela yang dapat membawanya pada kerusakan pada amaliah lahir maupun batin. Beliau mengajak kepada kita unuk berperilaku dengan benar, baik secara lahir maupun batin.
B.     TAHALLI
Tahalli berarti berhias. Maksutnya adalah membiasakan diri dengan sifat dan sikap serta pebuatan yang baik. Berusaha agar dalam setiap gerak prilaku selalu berjalan diatas ketentuan agama, baik kewajiban luar maupun kewajiban dalam tau ketaan lahir maupun batin. Ketaatan lahir maksutnya adalah kewajiban yang bersifat formal, seperti sholat, puasa, zakat, haji, dan lain sebagainya. Sedangkan ketaatan batin seperti iman, ikhsan, dan lain sebagainya. Tahalli adalah semedi atau meditasi yaitu secara sistematik dan metodik, meleburkan kesadaran dan pikiran untuk dipusatkan dalam perenungan kepada Tuhan, dimotivasi bahana kerinduan yang sangat dilakukan seorang sufi setelah melewati proses pembersihan hati yang ternoda oleh nafsu-nafsu duniawi .
Tahlli merupakan tahap pengisian jiwa yang telah dikosongkan pada tahap takhalli. Dengan kata lain, sesudah tahap pembersihan diri dari segala sifat dan sikap mental yang baik dapat dilalui, usah itu harus berlanjut terus ketahap berikutnya, yaitu tahalli. Pada perakteknya pengisian jiwa dengan sifat-sifat yang baik setelah dikosongklan dari sifat-sifat buruk, tidaklah berarti bahw jiwa harus dikosongkan terlbeih dahulu baru kemudian di isi . Akan tetapi, ketika menghilangkan kebiasaan yang buruk, bersamaan dengan itu pula diisi dengan kebiasaan yang baik.
Pada dasarnya jiwa manusia bias di latih, dikuwasai, diubah, dan dibentuk seuai dengan kehendak manusia itu sendiri. Dari satu latihan akan menjadi kebiasaan dan kebiasaan akan mengahasilkan kepribadian. Sikap mental dan perbuatan lahir yang sangat pentiang diisikan dalam jiwa dan dibiasakan dalam perbuatan dalam rangka pembentukan manusia paripurna antara lain adalah taubat, sabar, zuhud, twakal, cinta, makrifat, keridhoan, dan sebagainya.
Tahalli adalah berbias dengan sifat-sifat Allah. Akan tetapi, perhiasan paling sempurna dan paling murni bagi hamba adalah berhias dengan sifat-sifat penghambaan. Penghambaan adalah pengabdian penuh dan sempurna dan sama sekali tidak menampakan tanda-tanda keTuhanan (Rabbaniyyah). Hamba yang berhias (tahalli) dengan penghambaan itu menempati kekekalan dalam dirinya sendiri dan menjadi tiada dalam pengatahuan Allah.
Tahalli juga dapat diartiakan sebagai semedi atau mediatasi secara sistematik dan metodik, meleburkan kesadaran dan pikiran untuk dipusatkan dalam perenungan kepada Tuhan, dimotivasi bahana kerinduan yang sangat akan keindahan wajah Tuhan. Tahalli merupakan segi fraksional yang dilakukan seorang sufi setelah melewati proses pembersihan hati yang ternoda oleh nafsu-nafsu duniawi. Maka dari itu ada beberapa cara untuk menghiasi diri kita untuk mendekatkan diri pada Allah diantaranya : zuhud, qona’ah, shabar, tawakkal hatinya, mujahadah, ridho, syukur, masuk dalam kategori kriteria jiwa atau mental yang sehat.
1.    Zuhud
Secara harfiah zuhud adalah bertapa di dalam dunia. Sedangkan menurut istilah yaitu bersiap-siap di dalam hatinya untuk mengerjakan ibadah, melakukan kewajiban semampunya dan menyingkir dari dunia yang haram serta menuju kepada Allah baik lahir maupun batin Dalam menjelaskan kata ini Ahmad Rifa’i lebih menekankan pada aspek pengendalian hati daripada aspek perilaku yang harus ditampilkan Jika perkembangan zuhud pada fase yang paling awal ditandai dengan tindakan konkrit menjauhi kehidupan dunia sebagaimana yang diperlihatkan oleh Rabi’ah al-Adawiyah dan lainnya, maka dalam pemikiran Ahmad Rifa’i titik beratnya adalah pada pengendalian hati supaya tidak tergantung pada harta. Oleh karenanya Ahmad Rifa’i menekankan bahwa zuhud bukan berarti tidak ada harta tetapi tidak ada ketertarikan dengan harta.
2.     Qona’ah
Secara harfiah qona’ah adalah hati yang tenang. Sedangkan menurut istilah adalah hati yang tenang memilih rihda Allah, mencari harta dunia sesuai dengan kebutuhan untuk melaksanakan kewajiban dan menjauhkan maksiat. Pengertian ini merupakan kelanjutan sikap zuhud yang tidak mau mengejar kehidupan dunia selain kebutuhan pokok Dalam menjalankan zuhud ia memberikan penekanan qona’ah itu sebagai suatu kondisi jiwa yang bernuansa pada aktivitas batin. Hal ini dapat dilihat lebih lanjut ketika ia mengemukakan pernyataan yang mendudukkan arti kaya pada proporsi yang lebih bersifat batini dengan ungkapannya. Dari syair KH.Ahmad Rifa'i sebagaima telah dikemukakan dalam bab tiga skripsi ini tersimpul pengertian bahwa kekayaan bukan hanya berisi harta tetapi rasa puas terhadap apa yang dimiliki. Atas dasar pengertian ini maka orang bisa merasa kaya meskipun secara lahiriah ia miskin
3.     Sabar
Sabar secara harfiah bermakna menanggung penderitaan. Sedangkan menurut  al-Khawwas yang menyatakan bahwa sabar adalah sikap teguh terhadap hukum-hukum dari Al-Quran dan As-Sunah. Pengertian ini sejalan dengan apa yang diberikan oleh al-Qusyairi yang menyatakan bahwa di antara bermacam-macam sabar adalah kesabaran terhadap perintah dan larangan-Nya. Di pihak lain sabar dikaitkan dengan musibah seperti pendapat Abu Muhammad al-Jarir yang menyatakan bahwa sabar adalah suatu kondisi yang tidak berbeda antara mendapat nikmat dan mendapat cobaan.
4.     Tawakal
Tawakal adalah pasrah kepada Allah terhadap seluruh pekerjaan, sedangkan secara istilah adalah pasrah kepada seluruh yang diwajibkan Allah dan menjauhi dari segala yang haram 15.
5.     Mujahadah
Arti harfiah dari mujahadah ialah bersungguh-sungguh dalam melaksanakan perbuatan sedangkan secara istilah adalah bersungguhsungguh sekuat tenaga dalam melaksanakan perintah dan menjauhi larangan, memerangi ajakan hawa nafsu dan berlindung kepada Allah dari orang-orang kafir yang dilaknati 16 Dalam penjelasan selanjutnya, Ahmad Rifa’i lebih menekankan pada aspek kesungguhan dalam memerangi hawa nafsu dengan tujuan memperoleh jalan benar serta keberuntungan.
6.     Ridha
Ridha berarti dengan senang hati, sedangkan menurut istilah adalah sikap menerima atas pemberian Allah dibarengi dengan sikap menerima ketentuan hukum syari’at secara ikhlas dan penuh ketaatan serta menjauhi dari segala macam kemaksiatan baik lahir maupun batin. Dalam dunia tasawuf, kata ridhamemiliki arti tersendiri yang terkait dengan sikap kepasrahan sikap seseorang dihadapan kekasihnya. Sikap ini merupakan wujud dari rasa cinta pada Allah yang diwjudkan dalam bentuk sikap menerima apa saja yang dikehendaki olehnya tanpa memberontak. Implikasi dari pemahaman terhadap konsep ridha ini adalah sikapnya yang menerima kenyataan sebagai kelompok kecil di tengah-tengah akumulasi kekuasaan pada waktu itu. Implikasi lain terlihat pada pelaksanaan syari’at Islam yang dilakukan dengan penuh ketaatan dan penuh berhati-hati seperti masalah perkawinan, shalat jum’at dan lain-lain.
7.     Syukur
Ahmad Rifa’i memjelaskan kata syukur yakni mengetahui akan segala nikmat Allah berupa nikmat keimanan dan ketaatan dengan jalan memuji Allah yang telah memberikan sandang dan pangan. Rasa terima kasih ini kemudian ditindaklanjuti dengan berbakti kepada-Nya. Sejalan dengan pengertian di atas, bersyukur dapat dilakukan dengan tiga cara: pertama, mengetahui nikmat Allah berupa sahnya iman dan ibadah. Kedua, memuji lisannya dengan ucapan Alhamdulillah. Ketiga, melaksanakan kewajiban dan menjauhi larangan Allah. Cara bersyukur semacam ini sejalan dengan penjelasan al-Qusyairi mengatakan bahwa bersyukur dapat dilakukan melalui lisan anggota badan dan hati. Makna lain dari pengertian syukur menurut Ahmad Rifa’i adalah adanya prioritas pada dua unsur pokok yaitu keimanan dan ketaatan serta tercukupinya sandang dan pangan. Pandangan ini memiliki relevansinya dengan sifat terpuji lainnya seperti Qona’ah yang berupa ketenangan hati memilih ridha Allah dengan cara mencari harta dunia sesuai dengan kebutuhan. Kebutuhan tersebut sebatas terpenuhinya hal-hal yang dapat membantu ketaatan melaksanakan kewajiban dan menjauhkan diri dari kemaksiatan. Sekalipun menganjurkan sikap sederhana, tetapi tidak menganjurkan sikap fakir sebagaimana yang ada dalam tradisi sufi tradisional, Ahmad Rifa’i tidak menganjurkan untuk menganjurkan untuk menolak akan tetapi menolak ketergantungan kepada harta.
8.     Ikhlas
Apa yang disebut ikhlas menurut Ahmad Rifa’i adalah membersihkan, sedangkan secara istilah ikhlas adalah membersihkan hati untuk Allah semata sehingga dalam beribadah tidak ada maksud lain kecuali kepada Allah. Segenap amal tidak akan diterima jika didasarkan oleh rasa ikhlas ini. Untuk mewujdkan keikhlasan dalam beribadah dituntut adanya dua rukun ikhlas; pertama, hati yang hanya bertujuan taat kepada Allah dan tidak kepada selain-Nya. Kedua, amal ibadahnya disahkan oleh peraturan fikih. Dalam memberikan penjelasan mengenai kata ikhlas ini Ahmad Rifa’i hendak membawa persoalan kepada situasi amaliah keagamaan kalangan yang memiliki pamrih kepada selain Allah dalam setiap amal perbuatannya. Ia mengaitkan orang yang tidak ikhlas dalam beribadah dengan perbuatan syirik (menyekutukan Allah). Penjelasan ini memiliki kemiripan dengan 17 tradisi tasawuf abad III Hijriah ketika para tokohnya semisal Hasan Basri yang menolak gaya hidup para penguasa yang dinilai dalam jalan yang salah. Pandangan di atas ini semakin memperjelas posisi Ahmad Rifa’I sebagai tokoh agama yang cukup keras terhadap penyimpangan yang memiliki keterkaitan dengan kekuasaan kolonial dan pembantu-pembantunya. Ia menyatakan bahwa orang-orang yang dalam ibadahnya memiliki pamrih terhadap urusan dunia maka tidak akan selamat bahkan dimasukkan dalam kategori kafir.
C.    TAJALLI
Setelah seseorang melalui dua tahap tersebut maka tahap ketiga yakni tajalli, seseorang hatinya terbebaskan dari tabir (hijab) yaitu sifat-sifat kemanusian atau memperoleh nur yang selama ini tersembunyi (Ghaib) atau fana segala selain Allah ketika nampak (tajalli) wajah-Nya.
Tajalli bermakna pecerahan atau penyngkapan. Suatu term yang berkembang di kalangan sufisme sebagai sebuah penjelamaan, perwujudan dari yang tuanggal, Sebuah pemancaran cahaya batin, penyingkapan rahasia Allah, dan pencerahan hati hamba-hamba saleh.
Tajalli adalah tersingkapnya tirai penyekap dai alam gaib, atau proses mendapat penerangan dari nur gaib, sebagai hasil dari suatu meditasi. Dalam sufisme, proses tersingkapnya tirai dan penerimaan nur gaib dalam hati seorang mediator disebut Al-Hal, yaitu proses pengahayatan gaib yang merupakan anugrah dari Tuhan dan diluar adikuasa manusia.
Tajalli berarti Allah menyingkapkan diri-Nya kepada makhluk-Nya. Penyingkapan diri Tuhan tidak pernah berulang secara sama dan tidak pernah pula berakhir. Penyingkapan diri Tuhan itu berupa cahaya baatiniyah yang masuk ke hati. Apabila seseorang bisa melalui dua tahap tkhalli dan tajalli maka dia akan mencapai tahap yang ke tiga, yakni tajalli, yang berarti lenyap tau hilangnya hijab dari sifat kemanusiaan atau terangnya nur yang selama itu tersembunyi atau fana` segala sesuatu kecuali Allah, ketika tampak wajah Allah. Tajalli merupakan tanda-tanda yang Allah tanamkan didalam diri manusia supaya Ia dapat disaksiakan. Setiap tajalli melimpahkan cahaya demi cahaya sehingga seorang yang menerimanya akan tenggelam dalam kebaikan. Jika terjadi perbedaan yang dijumpai dalam berbagai penyingkapan itu tidak menandakan adanya perselisihan diantara guru sufi. Masing-masing manusia unik, oleh karena itu masing-masing tajalli juga unik. Sehingga tidak ada dua orang yang meraskan pengalaman tajalli yang sama. Tajalli melampaui kata-kata. Tajalli adalah ketakjupan. Al-Jilli membagi tajalli menjadi empat tingkatan .
a.       Tajalli Af`al, yaitu tajalli Allah pada perbuatan seseorang, artinya segala aktivitasnya itu disertai qudratn-Nya, dan ketika itu dia melihat-Nya.
b.      Tajalli Asma`, yaitu lenyapanya seseorang dari dirinya dan bebasnya dari genggaman sifat-sifat kebaruan dan lepasnya dari ikatan tubuh kasarnya. Dalam tingkatan ini tidak ada yang dilihat kecuali hannya dzat Ash Shirfah (hakikat gerakan), bukan melihat asma`.
c.        Tajalli sifat, yaitu menrimanya seorang hamba atas sifat-siafat ketuhanan, artinya Tuhan mengambil tempat padanya tanapa hullul dzat-Nya.
d.       Tajalli Zat, yaitu apabila Allah menghendaki adanya tajalli atas hamba-Nya yang mem-fana` kan dirinya maka bertempat padanya karunia ketuhanan yang bisa berupa sifat dan bisa pula berupa zat, disitulah terjadi ketunggalan yang sempurna. Dengan fana`nya hamba maka yang baqa` hanyalah Allah. Dalam pada itu hamba tekah berada dalam situasi ma siwalah yakni dalam wujud allah semata.
Ahli tasawuf berkata bahwa tasawuf tidak lain adalah menjalani takhalli, tahalli, dan tajalli. Jalan yang ditempuh oleh para Sufi adalah jalan takhalli, tahalli, dan tajalli. Mengosongkan jiwa dari sifat buruk, menghiasi jiwa dengan sifat yang baik dengan tujuan untuk menyaksikan dengan penglihatan hati bahwa sesungguhnya tuhan itu tidak ada, hanya Allah SWT yang Ada, “Tidak ada tuhan (lâ ilâha) selain (illâ) Allah SWT dan Muhammad bin Abdullah adalah hamba, utusan, dan kekasih-Nya.”
Ibnu Arabi menyatkan bahwa tajalli Tuhan ada dua bentuk, yaitu tjalli ghaib atau tajalli dzati dan tajalli shuhudi. Al-Kalabadzi membagi tajalli menjadi tiga macam , yaitu sebagai berikut :
a.    Tajalli Zat, yaitu mukhasyafah (terbukanya selubung yang menutupi kerahasiaan-Nya).
b.    Tajalli sifat Adz-Dzat, yaitu tampaknya sifat-siafat zat Allah sebagai sumber atau tempat cahaya.
c.     Tajalli Hukma Adz-Dzat, yaitu tampaknya hokum zat-Nya yaitu hal-hal yang berhubungan dengan akhirat dan apa yang ada didalamnya.
Pengertian hubungan makhluk dan Khalik disebut makrifat. Di sinilah letak perjalanan itu. Kalau sudah bisa menggapainya niscaya akan merasakan tajalli. Kalau sudah bisa merasakan tajalli akan takhalli, dan sebagainya sesuai kenaikan berzikir dalam makrifat. Tajalli itu artinya meraih kemuliaan di sisi Allah, atau keluhuran. Saat mencapai tingkatan itu, hati akan merasa sepi. Yaitu, sepi ing pamrih rame ing gawe. Namun yang sebenarnya, makna tajalli sangat luas. Ini bahasa tasawuf dalam tarekat. Kalau hati bisa meletakkan sepi selain Allah itu artinya akan menemukan satu takhalli. Yaitu satu kenikmatan, kelezatan, satu kemanisan karena bisa melepaskan semuanya selain Allah dan Rasul-Nya.


            KESIMPULAN
Takhalli berarti mengkosongkan atau memersihkan diri dari sifat-sifat tercela dan dari kotoran penyakit hati yang merusak. Hal ini akan dapat dicapai dengan jalan menjauhkan diri dari kemaksiatan dengan segala bentuk dan berusaha melepaskan dorongan hawa nafsu jahat.
Perlu diketahui bahwa maksiat batin itu pula yang menjadi penggerak maksiat lahir. Selama maksiat batin itu belum bias dihilangkan pula maksiat lahir tidak bisa di bersihkan. Maksiat lahir Adalah segala maksiat tercela yang di kerjakan oleh anggota lahir. Sedangkan maksiat batin adalah segala sifta tercela yang dilakukan oleh anggota batin dalam hal ini adalah hati, sehingga mudah menerima pancaran nur Illahi, dan tersingkaplah tabir (hijab).
Tahalli berarti berhias. Maksutnya adalah membiasakan diri dengan sifat dan sikap serta pebuatan yang baik. Berusaha agar dalam setiap gerak prilaku selalu berjalan diatas ketentuan agama, baik kewajiban luar maupun kewajiban dalam tau ketaan lahir maupun batin. Ketaatan lahir maksutnya adalah kewajiban yang bersifat formal, seperti sholat, puasa, zakat, haji, dan lain sebagainya.
Pada dasarnya jiwa manusia bias di latih, dikuwasai, diubah, dan dibentuk seuai dengan kehendak manusia itu sendiri. Dari satu latihan akan menjadi kebiasaan dan kebiasaan akan mengahasilkan kepribadian. Sikap mental dan perbuatan lahir yang sangat pentiang diisikan dalam jiwa dan dibiasakan dalam perbuatan dalam rangka pembentukan manusia paripurna antara lain adalah taubat, sabar, zuhud, twakal, cinta, makrifat, keridhoan, dan sebagainya.
Tajalli bermakna pecerahan atau penyIngkapan. Suatu term yang berkembang di kalangan sufisme sebagai sebuah penjelamaan, perwujudan dari yang tunggal, Sebuah pemancaran cahaya batin, penyingkapan rahasia Allah, dan pencerahan hati hamba-hamba saleh.
Tajalli adalah tersingkapnya tirai penyekap dai alam gaib, atau proses mendapat penerangan dari nur gaib, sebagai hasil dari suatu meditasi. Dalam sufisme, proses tersingkapnya tirai dan penerimaan nur gaib dalam hati seorang mediator disebut Al-Hal, yaitu proses pengahayatan gaib yang merupakan anugrah dari Tuhan dan diluar adikuasa manusia.

khitobah



سادات المعلمين الرحيمة
وياايتهالرميلات الممتازة فى الرين والعقيدة
قال رسول الله صلى الله عليه وسلم : يسلم الصغيرعلى الكبير
والمارعلى القائد والقليل على الكثير
فلذلك اجبناالسلام بالنشاط ……..‼

بسم الله الرحمن الرحيم
السلام عليكم ورحمة الله وبركااته
الحمدلله رب اللعالمين وبه نستعين على امورالدنياوعلى اله وصحبه اجممعين.
امابعد
حى بناتشكرشكرا الى الله تعالى الذى قداعطعنانعمة ووهداية حتى نستطيع ان         
نجتمع فى هذالمكان الميارك
    صلاة وسلامادائميت الى نبينامحمد صلى الله عليه وسلم الذى فد حملنا منا
الظلمات الى النوروالى السرات المستقيم
    ولاانسى اشكرشكر # الى رئيسة الجلسة التي قد اعطعن فرصة قليلة بل غلية
لان اخطب اما مكن جميعاتحت الانوان :
      "د ورالمعلمين فى تقوين الاجلاق"
    كماعرفتنالان اكثرمن الاطفال والشباب
لااخلاق لهم, هم يطرقن الاخلاق حتى يشجعون بوالد يهم وغيرذ لك.
اذاوقع مثل د لك من الخطا …….؟
هل ولده, معلمه, مجتمعه اوالاطفال نفسهم ……..؟
    المعلم المختملسن, واجبال المستقبل معلمه.
ينبغى لناان نشعربانهم مجبورون على جعل سوءالاخلاق بان يكون حسن
 الاخلاق.
      فى العملية التعليمية, يطبرمن المعلمين يسكل اختصاص وشحصية صفة
الطلاب. لان يكون رجل كامل ومومن ومسؤول وله اخلاق كريمة
لوصول ذ لك كشير من الاسئلة التى تناز. كيف يمكن للمدرس لتعليم بالامتل.
     وقد درس بعض المراقبين وخبرءالتعلم الاد وارالتى ينبغى القيام به من قبل
المعلم
1 – المعلم كمر بى. كمر بى ينبغى ان يكون اللمعلم قد وة حسنة فى مدرسة
      ومجتمع
2 – معلم كمعلم : كمعلم ينبغى ان يكون المعلم اعطاءتشجيع والتواصل الجيد
      بطلابه
3 – معلم كمشير : كمشيربالطلاب اوبوالده لايد للمعلم يعطى النطائح الى
      الطلاب كي يكون الانسان المفيدة ووالمؤمن وله اخلاق كريمة
4 – معلم كمرد شد : معلم كمرشد لرحلة.رحلة هناليس فقد جسد ية ولكن ذ
     هنية ايضاوكذ لك العواطف والابداع والاخلاق والروح
        اذامعلم لد يهم طبيعة كل, فان شاءلله لانتاج رئيس الامة المؤمن والمسؤو
ل وله الاجلاق كريمة
        كفيت هنا لكلام, شكر # على اختهامكم جميعا انظرماقال ولاتنطرمنقال
والسلام عليكم ورحمة الله وبركاته

Sabtu, 20 Oktober 2012

psikologi




BAB II
PEMBAHASAN

A.    Pengertian Inteligensi(kecerdasan)
Inteligensi atau yang sering disebut dengan kecerdasan otak merupakan salah satu faktor yang turut menentukan cepat atau lambatnya seseorang didalam proses memecahkan suatu masalah. Inteligensi itu berasal dari kata Latin:”intelligere”yang berarti:menghubungkan atau menyatukan satu sama lain (to relate=menghubungkan,to organize= mengorganisasikan, to bind together= mengikat bersama). ( Affifudi, dkk, 1986:39)
Inteligensi bukanlah suatu yang bersifat kebendaan, melainkan fiksi ilmiah untuk  mendeskripsikan perilaku individu yangberkaitan dengan kemampuan intelektual. Dalam mengartikan inteligensi(kecerdasan) ini,para ahli mempunyai pengertian yang beragam. Diantara penertian kecerdasan itu adalah sebagai berikut:
a.       C.P.Chaplin (Syamsu Yusuf,2010:106) mengartikan kecerdasan itu sebagai kemampuan menghadapi dan menyesuaikan diri terhadap situasi baru secara cepat dan efektif
b.      Binet(Syamsu Yusuf,2010:106) menyatakan bahwa sifat hakikat kecerdasanitu ada tiga macam, yaitu:
·         Kecerdasan untuk menetapkan dan mempertahankan (memperjuangkan) tujuan tertentu.
·         Kemampuan untuk mengadakan penyesuaian dalam rangka mencapai tujuan tersebut
·         Kemampuan untuk melakukan otokritik, kemampuan untuk belajar dari kesalahan yanng telah dibuatnya
c.       Raymon Cattel dkk.(Syamsu Yusuf,2010:106) mengklasifikasikan kecerdasan kedalam dua kategori yaitu:
·         Fluid Inteligence, yaitu tipe kemampuan analisis kognitif yang relatif tidak dipengaruhi oleh pengalaman belajar sebelumnya
·         Crystallized Inteligence, yaitu keterampilan-keterampilan atau kemampuan nalar (berpikir) yang dipengaruhi oleh pengalaman belajar sebelumnya
d.      Super dan Cites (Soemanto. 1990) mengemukakansuatu definisi yang sering dipakai oleh sementara orang sebagai berikut “intelligence has fequently been defined as the ability to adjust to the environment or to learn from experience” (intelegensi telah sering didefinisikan sebagai kemampuan menyesuaikan diri dengan lingkungan atau belajar deri pengalaman).
e.       Alfred Binet (Syaifudin 2004) seorang tokoh utama perintis pengukuran intelegensi yang hidup antara tahun 1857-1911 bersama Theeogore Simon mendefinisikan intelegensi sebagai terdiri atas 3 komponen :
·         Kemampuan untuk mengarahkan pikiran atau mengarahkan tindakan,
·         Kemampuan untuk mengubah ararh tindakan bila tindakan tersebut telah dilaksanakan, dan
·         Kemampuan untuk mengkritik diri sendiri atau melakaukan autocriticism
f.       Levis Madison Terman (syaifudin. 2004) mendefinisikan intelegensi sebagai kemampuan seseorang untuk berfikir secara abstrak, sedangkan H.H. Goddard mendefinisikan intelegensi sebagai tingkat kemampuan pengalaman seseorang untuk menyelesaikan masalah yang langsung dihadapi untuk mengantisipasi masalah-masalh yang akan datang.
g.      Andrew Crider (syaiful. 2004) mengatakan bahwa intelegensi itu bagaikan listrik, gampang untuk diukur tapi hampir mustahil untuk didefinisikan. Kata-kata ini banyak benarnya. Tes intelegensi sudah dibuat orang sejak sekitar 8 dekade yang lalu, akan tetapi sejauhini belum ada definisi intelegensi yang dapat diterima secara universal.

Dari pendapat-pendapat diatas,dapatlah dikemukakan bahwa hasil daripada inteligensi itu akan mengarah kepada 2 macam kenyataan,yaitu:
1.      Inteligensi Teoritis
Artinya inteligensi (kecerdasan otak) yang dengan cepat dan tepat dapat memperoleh suatu pikiran penyelesaian terhadap masalah yang dihadapinya.
2.      Inteligensi Praktis
Mengatasi suatu situasi kerja yang rumit dan sulit.(Affifudin dkk,1986:39)
Beberapa teori-teori inteligensi menurut tokoh-tokoh (Syamsu Yusuf,2010:107):
Ø  Teori “Two Factors”, dikemukakan oleh Charles Spearman (1904). Menurut Charles bahwa inteligensi meliputi kemampuan umum yang diberi kode “g” (general factors), dan kemampuan khusus yang diberi kode “s” (specific factors).
Ø  Teori “Primary Mental Abilities”, dikemukakan oleh Thurstone (1983). Dia berpendapat bahwa inteligensi merupakan penjelmaan dari kemampuan primer, yaitu : kemampuan bahasa (verbal comprehension), kemampuan mengingat (memory), kemampuan nalar / berpikir logis (reasoning), kemampuan tilikan ruang (spatial factors), kemampuan bilangan (numerical ability), kemampuan menggunakan kata-kata (word fluency) dan kemampuan mengamati dengan cepat dan cermat (perceptual speed).
Ø  Teori “Multiple Intelligence”, dikemukakan oleh J.P. Guilford dan Howard Gardner. Guilford berpendapat bahwa inteligensi itu dapat dilihat dari tiga kategori dasar atau “faces of intellect”, yaitu: Operasi Mental (proses berpikir), Content (isi yang dipikirkan) dan Product (Hasil Berpikir). Contoh : untuk dapat mengisi deretan angka 3, 6,12,24,... memerlukan “convergent operation” (hanya satu jawaban yang benar) dengan “symbolic content” (angka) untuk memperoleh suatu “relationship product” (angka rangkap berdasarkan pola hitungan sebelumnya). Sedangkan menurut Howard Gardner (1993), membagi inteligensi itu dalam 7 jenis, seperti : logical mathematical, Linguistic, Musical, Spatial, Bodily Kinesthetic, Interpresonal dan Intrapersonal.
Ø  Teori “Triachic of Intelligence”, dikemukakan oleh Roberth Stenberg (1985, 1990). Teori merupakan pendekatan proses kognitif untuk memahami inteligensi. Stenberg mengartikannya sebagai suatu “deskripsi tiga bagian kemampuan mental” (proses berpikir, mengatasi pengalaman atau masalah baru, dan penyesuaian terhadap situasi yang dihadapi) yang menunjukkan tingkah laku intelligen.
Ciri-ciri yang berhubungan dengan tingkatan kecerdasan serta pengaruhnya terhadap proses belajar(Syamsu Yusuf,2010:111):
a.       Idiot IQ: 0-29. Idiot merupakan kelompok individu terbelakang yang paling rendah. Tidak dapat berbicara atau hanya dapat mengucapkan beberapa kata saja. Biasanya tidak dapat mengurus dirinya sediri, seperti: mandi, berpakaian makan dll, dia harus diurusi oleh orang lain.
b.      Imbecile IQ: 30-40. Pada imbecile dapat diberikan latihan-latihan ringan, tetapi dalam kehidupannya selalu bergantung pada orang lain, tidak dapat berdiri sendiri/ mandiri
c.       Moron atau debil( mentally handicapped/mentally retarted) IQ: 50-69. Kelompok ini sampai tingkat tertentu dapat belajar membaca, menulis dan membuat perhitungan-perhitungan sederhana, dapat diberikan pekerjaan rutin tertentu yang tidak memerlukan perencanaan dan pemecahan
d.      Kelompok bodoh (dull/bordeline) IQ: 70-79. Secara susah payah dengan beberapa hambatan, individu tersebut dapat melaksanakan sekolah lanjutan pertama tetapi sukar sekali untuk dapat menyelesaikan kelas-kelas terakhir di sekolah menengah tingkat pertama.
e.       Normal rendah (bellow avarage) IQ:80-89. Kelompok ini termasuk normal, rata-rata atau sedang tetapi pada tingkat terbawah, mereka agak lambat dalam belajarnya.
f.       Normal sedang, IQ:90-109. Kelompok ini merupakan kelompok yang normal atau rata-rata. Mereka merupakan kelompok yang terbesar presentasennya dalam populasi penduduk
g.      Normal tinggi(above average), IQ:110-119. Kelompok ini merupakan kelompok individu yang normal tetapi berada pada tingkat yang tinggi
h.      Cerdas( superior), IQ:120-129.Kelompok ini sangat berhasil dalam pekerjaan sekolah/akademik. Mereka sering kali terdapat dalam kelas biasa.
i.        Sangat cerdas(very superior/gifted),IQ:130-139. Lebih cakap dalam membaca, mempunyai pengetahuan tentang bilangan yang sangat baik, perbendaharaan kata yang luas dan cepat memahami pengertian yang abstrak.
j.        Genius IQ:140 Ke atas. Kelompok ini kemampuannya sangat luar biasa. Mereka pada umumnya memiliki kemampuan untuk memecahkan masalah dan menemukan sesuatu yang baru, walaupun mereka tidak bersekolah.
Uraian tersebut menjelaskan tentang kecerdasan dalam ukuran kemampuan intelektual atau tataran kognitif. Faktor yang paling dominan mempengaruhi keberhasilan(kesuksesan) individu dalam hidupnya bukan semata-mata ditentukan oleh tingginya kecerdasan intelektual tetapi oleh faktor kemantapan emosional yang oleh ahlinya, yaitu Daniel Goleman disebut Emotional Intelligence(Kecerdasan Emosional).
Macam-macam kecerdasan
a.       Kecerdasan linguistik-verbal,mengacu pada kemampuan untuk menyusun pikiran dengan jelas dan mampu menggunakan kemampuan ini secara kompeten melalui kata-kata untuk mengungkapkan pikiran-pikiran ini dalam berbicara, membaca dan menulis. Kecerdasan ini sangat dihargai dalam dunia modern sekarang,karena orang cenderung untuk menilai orang lain dari cara mereka berbicara dan menulis.
b.      Kecerdasan matematis-logis adalah kemampuan untuk menangani bilangan,perhitungan,pola,pemikiran logis,ilmiah.Tanpa kepekaan terhadap bilangan,seseorang kemungkinan besar tertipu oleh harapan-harapan tidak realistis akan memenagkan sebuah undian atau membuat keputusan keuangan yang keliru..
c.       Kecerdasan visual-spasial
Kecedasan visual-spasial adalah kecerdasan yang dimiliki oleh arsitek,insinyur mesin,seniman,fotografer,pilot,navigator,pemahat dan penemu.Mereka memiliki kemampuan untuk melihat dengan tepat gambaran visual disekitar mereka dan memperhatikan rincian kecil yang kebanyakan orang lain mungkin tidak memperhatikan.
d.  Kecerdasan irama musik adalah kemampuan untuk menyimpan nada dalam benak seseorang,untuk mengingat irama itu dan secara emosional terpengaruh oleh musik.Kecerdasan irama musik yang pertama dari kecerdasan yang harus dikembangkan dari sudut pandang neorologis,berkat dunia suara,irama,dan getaran yang kita rasakan sementara kita masih berada didalam kandungan.
e.  Kecerdasan Kinestetik memungkinkan manusia membangun hubungan yang penting antara pikiran dan tubuh,dengan demikian memungkinkan tubuh untuk memanipulasi objek dan menciptakan gerakan.Kecerdasan fisik adalah kemampuan menggunakan dengan baik pikiran dan tubuh secara serentak untuk mencapai segala tujuan yang diinginkan.
f.  Kecerdasan Interpersonal adalah kemampuan untuk berhubungan dengan orang-orang di sekitar kita.Kecerdasan ini adalah kemampuan untuk memahami dan memperkirakan perasaan,temperamen,suasana hati,maksud,dan keinginan orang lain kemudian menanggapinya secara layak.
g. Kecerdasan Intrapersonal adalah kecerdasan mengenai diri sendiri.Kecerdasan ini adalah kemampuan untuk memahami diri sendiri dan bertanggung jawab atas kehidupannya sendiri.Orang-oramg yang berkecerdasan interpersonal tinggi cenderung menjadi pemikir yang tercermin pada apa yang mereka lakukan dan terus menerus membuat penilaian diri.
B.Pengertian Pendidikan
Pendidikanbisa saja berawal dari sebelum bayi lahir seperti yang dilakukan oleh banyak orang dengan memainkan musik dan membaca kepada bayi dalam kandungan dengan harapan ia bisa mengajar bayi mereka sebelum kelahiran.
Pada dasarnya pengertian pendidikanadalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya dan masyarakat.
Menurut kamus Bahasa Indonesia Kata pendidikan berasal dari kata ‘didik’ dan mendapat imbuhan ‘pe’ dan akhiran ‘an’, maka kata ini mempunyai arti proses atau cara atau perbuatan mendidik. Secara bahasa definisi pendidikan adalah proses pengubahan sikap dan tata laku seseorang atau kelompok orang dalam usaha mendewasakan manusiamelalui upaya pengajaran dan pelatihan.
Menurut Ki Hajar Dewantara (Bapak Pendidikan Nasional Indonesia) menjelaskan tentang pengertian pendidikanyaitu: Pendidikan yaitu tuntutan di dalam hidup tumbuhnya anak-anak, adapun maksudnya, pendidikan yaitu menuntun segala kekuatan kodrat yang ada pada anak-anak itu, agar mereka sebagai manusia dan sebagai anggota masyarakat dapatlah mencapai keselamatan dan kebahagiaan setinggi-tingginya.
Menurut UU No. 20 tahun 2003 Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta ketrampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa, dan Negara.
Sedangkan,pengertian pendidikanmenurut H. Horne, adalah proses yang terus menerus (abadi) dari penyesuaian yang lebih tinggi bagi makhluk manusia yang telah berkembang secara fisik dan mental, yang bebas dan sadar kepada vtuhan, seperti termanifestasi dalam alam sekitar intelektual, emosional dan kemanusiaan dari manusia.
           Dari beberapa pengertian pendidikan menurut ahlitersebut maka dapat disimpulkan bahwa Pendidikan adalah Bimbingan atau pertolongan yang diberikan oleh orang dewasa kepada perkembangan anak untuk mencapai kedewasaannya dengan tujuan agar anak cukup cakap melaksanakan tugas hidupnya sendiri tidak dengan bantuan orang lain

C.Pendidikan Orang Tua terhadap inteligensi Anak
Sudardja Adiwikarta dan Sigelman & Shaffer (Syamsu Yusuf, 2010:36), berpendapat bahwa “ keluarga merupakan unit sosial terkecil yang bersifat universal, artinya terdapat pada setiap masyarakat di dunia (universe) atau suatu sistem soaial yang terpancang (terbentuk) dalam sistem sosial yang lebih besar. Bentuk atau pola keluarga, yaitu : 1. Keluarga batin / inti (nuclear family) yang terdiri atas suami / ayah, istri/ibu, dan anak-anak yang lahir dari pernikahan antara keduanya dan yang belum berkeluarga (termasuk anak tiri jika ada), 2. Keluarga luas (extended family) yang keanggotaannya tidak hanya meliputi suami, istri, dan anak-anak yang belum berkeluarga, tetapi juga termasuk kerabat lain yang biasanya tinggal dalam sebuah rmah tangga bersama seperti mertua (orang tua suami/istri), adik, kakak ipar atau lainnya.
           Keluarga memiliki peranan yang sangat penting dalam upaya mengembangkan pribadi anak.Perawatan orang tua yang penuh kasih sayang dan pendidikan tentang nilai-nilai kehidupan,baik faktor yang kondusif untuk mempersiapkan anak menjadi pribadi yang sehat.
Keluarga yang bahagia merupakan suatu hal yang sangat penting bagi perkembangan emosi para anggotanya(terutama anak).Fungsi dasar keluarga adalah memberikan rasa memiliki,rasa aman,kasih sayang,dan mengembangkan hubungan yang baik diantara anggota keluarga.(Diane Papalia,2008:404)
Keluarga juga dipandang sebagai institusi (lembaga) yang memenuhi kebutuhan insani (manusiawi), terutama kebutuhan bagi pengembangan kepribadiannya dan pengembangan ras manusia. Apabila mengaitkan peranan keluarga dengan upaya memenuhi kebutuhan individu dari Maslow, maka keluarga merupakan lembaga pertama yang dapat memenuhi kebutuhan tersebut. Melalui perawatan dan perlakuan yang baik dari orang tua, anak dapat memenuhi kebutuhan-kebutuhan dasarnya, baik fisik biologis maupun sosiopsikologisnya. Apabila anak memperoleh rasa aman, penerimaan sosial dan harga dirinya, maka anak dapat memenuhi kebutuhan tertingginya yaitu perwujudan diri.(Syamsu Yusuf, 2010:37)
           Walaupun hampir semua orang tua menyayangi dan mengasihi anak mereka,tetapi ada sebagian yang tidak dapat atau tidak memberikan pengasuhan yang layak bagi anak mereka,dan sebagian yang lain bahkan membunuh atau menyakiti anak-anak tersebut dengan sengaja.Salah asuhan (maltreatment),oleh orang tua atau yang lain,adalah tindakan membahayakan anak yang dapat dihindari dan dilakukan.(Diane Papalia,2008:404)
Sumbangan Keluarga pada perkembangan anak ditentukan oleh sifat hubungan antara anak dengan berbagai anggota keluarga. Hubungan ini sebaliknya dipengaruhi oleh pola kehidupan keluarga dan juga sikap dan perilaku berbagai anggota keluarga terhadap anak dalam keluarga tersebut. (Elizabeth B.Hurlock,1978:202)
Ada sejumlah faktor  yang mempengaruhi perkembangan peserta didik.Menurut Santrok dalam Slavin (1997),aspek mempengaruhi perkembangan itu adalah  keturunan/genetik dan lingkungan.Para ahli genetic menyatakan kecerdasan dan temperamen merupakan aspek-aspek yang paling banyak ditelaah yang dalamperkembangannya dipengaruhi oleh keturunan.Kecerdasan Arthur Jensen (1969) mengemukakan pendapatnyabahwa kecerdasan itu diwariskan (diturunkan).la juga mengemukakan bahwa lingkungan dan budaya hanyamempunyai peranan minimal dalam kecerdasan. Dia telah melakukan beberapa penelitian tentang kecerdasan,di antaranya ada yang membandingkan tentang peserta didik kembar yang berasal dari satu telur (identicaltwins) dan yang dari dua telur (fraternal twins). Identical twins memiliki genetik yang identik, karena itukecerdasan (IQ) seharusnya sama. Fraternel Twins pada peserta didik sekandung genetiknya tidak sama karenaitu IQ-nya pun tidak sama. Menurut Jensen bila pengaruh lingkungan lebih penting pada identical twins yang dibesarkan pada lingkungan yang berbeda, seharusnya menunjukkan IQ yang berbeda pula. Kajian terhadap hasil penelitian menunjukkan bahwa seseorang yang dibesarkan pada dua lingkungan yang berbeda korelasi rata-rata IQ-nya 82.Dua saudara sekandung yang dipelihara pada dua lingkungan yang berbeda korelasi rata-rata IQ-nya 50.
            Berbicara tentang ada tidaknya hubungan antara tingkat-tingkat inteligensi anak-anak dengan tingkat-tingkat inteligensi orang tua mereka,hal ini tak lepas dengan pembicaraan tentang hereditas dalam hubungannya dengan inteligensi. (Soemanto. 1990 :142).
            Fitzgerld dan Mckinney (Soemanto, 1990 : 144), mengemukakan pengaruh tingkat pendidikan orang tua dengan perkembangan intelegensi anak sebagai berikut “tingkat intelegensi anak, disamping ditentukan oleh hereditas dari orangtua, juga oleh stimulasi dari orangtua.     Memang sudah banyak penelitian yang menunjukkan, bahwa pendidikan dapat meningkatkan skor-skor intelegensi, namun apakah intelegensi itu sendiri memang meningkat ataukah tidak, hal ini maslh menjadi pertanyaan.(Soemanto,1990:144)
            Pada usia sekolah sikap hidup yang egosentris diganti dengan sikap yang  obyektif  dan empiris berdasarkan pengalaman. Emosionalitas anak jadi semakin kurang, sedang unsur intelek dan akal budi (rasio, fikir) jadi semakin menonjol.Minat yang objektif terhadap dunia sekitar menjadi makin besar. Sehubungan dengan semua ini, masa sekolah disebut pula sebagai periode intelektual.(Kartini,1979:137)
            Pada saat ini anak tidak lagi banyak dikuasai oleh dorongan-dorongan endogen atau impuls-impuls intern dalam pembuataan dan pikirannya akan tetapi lebih banyak dirangsang oleh stimulus-stimulus dari luar. Anak sekarang mulai belajar jadi seorang realis-kecil, yang berhasrat sekali mempelajari dan “menguasai” dunia secara objektif. Untuk aktifitas tersebut ia memerlukan banyak informasi. Karenanya dia selalu haus-bertanya, meminta bimbingan, menuntut pengajaran serta pengajaran. (Kartini,1979:137)
 Menurut observasi Haditono (F.J.Monks dkk,1994:229) maka masalah underachiever (memperoleh prestasi dibawah intelektual yang ia miliki). Disebabkan oleh suatu kombinasi faktor yang banyak. Faktor pertama adalah kurangnya fasilitas belajar dalam arti luas di sekolah , terutama di pelosok-pelosok maupun dirumah. Kedua, kuranganya stimulasi mental oleh orangtua dirumah.Hal ini terutama berlaku kepada orangtua yang tidak berpendidikan hingga mereka tidak mengerti sendiri bagaimana membantu anak-anak mereka supaya lebih berhasil.Faktor ketiga adalah keadaan gizi yang bila mana dapat dicapai tingkat yang lebih tinggi maka, secara fisik anak lebih mampu menggunakan kapasitas otaknya lebih baik. Kombinasi faktor-faktor ini ditambah keadaan lain yang kurang menguntungkan seperti perubahan sistem pelajaran yang berkali-kali dalam mememukan sistem mana yang paling baik, hingga bila para pengajar sendiri belum merasa mantap dalam menerapkan sistem yang baru tersebut, semuanya ini memberikan dampak pada prestasi murid dan ikut menyebabkan terjadinya underachiever.
Pendidikan bukanlah tanggung jawab sekolah.Sekolah hanya membantu sebagian tanggungjawab kita sebagai orangtua dalam mendidik anak.Dengan demikian, anak-anak yang kita sekolahkan, bahkan di sekolahan bergengsi sekalipun, tetap membutuhkan pendidikan yang sempurna dari pihak keluarga dan masyarakat. Alangkah baiknya, jika proses pendidikan di sekolah di topang dengan upaya pendidikan keluarga dan interaksi sosila yang konduksif.(Abdul Mustaqim,2005:16)
Pendidikan anak merupakan tanggungjawab dan perhatian semua pihak terutama orangtua dan para pendidik. Sebagai sebuah proses pendidikan akan mencapai hasil yang baik apabila dilakukan sejarah, periodik yang bersinambungan. Sebagai orangtua atau pendidik, kita harus sadar bahwa lingkungan yang paling bertanggungjawab terhadap pendidikan anak adalh keluarga. Disamping lingkungan sekolah dan masyarakat, berhasil tidaknya proses pendidikan juga sangat bergantung pada lingkungan yang menumbuhkan dan mengembangkan anak. (Abdul Mustaqim,2005:22)










BAB III
PENUTUP

A.KESIMPULAN
Berdasarkan uraian yang telah dipaparkan diatas maka dapat diambil kesimpulannya bahwa keluarga memiliki peranan yang sangat penting dalam upaya mengembangkan pribadi anak. Begitupun pula dengan kecerdasan anak maka dapat dipengaruhi salah satunya dari keluarga / orang tua. Berbicara tentang ada tidaknya hubungan antara tingkat-tingkat inteligensi anak-anak dengan tingkat-tingkat inteligensi orang tua mereka,hal ini tak lepas dengan pembicaraan tentang hereditas dalam hubungannya dengan inteligensi.Inteligensi atau yang sering disebut dengan kecerdasan otak merupakan salah satu faktor yang turut menentukan cepat atau lambatnya seseorang didalam proses memecahkan suatu masalah.Faktor yang paling dominan mempengaruhi keberhasilan(kesuksesan) individu dalam hidupnya bukan semata-mata ditentukan oleh tingginya kecerdasan intelektual tetapi oleh faktor kemantapan emosional yang oleh ahlinya, yaitu Daniel Goleman disebut Emotional Intelligence(Kecerdasan Emosional).Alangkah baiknya, jika proses pendidikan di sekolah di topang dengan upaya pendidikan keluarga dan interaksi sosila yang konduksif. Maka diperlukan pendidikan terhadap inteligensi anak oleh orang tua. Pendidikan adalah Bimbingan atau pertolongan yang diberikan oleh orang dewasa kepada perkembangan anak untuk mencapai kedewasaannya dengan tujuan agar anak cukup cakap melaksanakan tugas hidupnya sendiri tidak dengan bantuan orang lain.Sumbangan keluarga pada perkembangan anak ditentukan oleh sifat hubungan antara anak dengan berbagai anggota keluarga.






DAFTAR PUSTAKA
Afifudin, dkk. 1986. Psikologi Pendidikan Anak Usia Sekolah Dasar. Solo:Harapan Massa.
Soemanto, Wasty. 1990. Psikologi Pendidikan. Jakarta:PT.Renika Cipta.
Azwar, Saifuddin. 2004. Pengantar Psikologi Intelegensi. Yogyakarta:Pustaka Pelajar.
Mustaqim, Abdul. 2005. Menjadi Orangtua Bijak. Bandung:PT.Mizan Pustaka.
Kartono, Kartini. 1979. Psikologi Anak. Bandung:Alumni.
Papalia, Diana E., et, al. 2008. Human Development (Psikologi Perkembangan). Jakarta:Kencana.
Yusuf  LN, Syamsu. 2010. Psikologi Perkembangan Anak dan Remaja. Bandung:PT. Remaja Rosdakarya.
L, Zulkifli. 2003. Psikologi Perkembangan. Bandung:PT. Remaja Rosdakarya.