*teman sejati adalah ia yang meraih tangan anda dan menyentuh hati anda
*untuk menangani dirimu,gunakan kepalamu tetapi untuk menangani orang lain, gunakan hatimu
*seorang tman sejati akan membuat anda hangat dengan kehadirannya, mempercayai akan rahasiannya dan mengingat anda dalam doa-doannya
*yang penting bukan berapa lama q'ta hidup, tapi bagaimana q'ta hidup
*yang penting bukan siapa yang benar, tapi apa yang benar
*mempunyai satu sahabat sejati lebih berharga dari seribu teman yang mementingkan dirinya sendiri.
*orang miskin bukanlah orang yang tidak punya uang satu sen pun, tapi mereka yang g' punya mimpi
*semakin banyak anda berbicara tentang diri sendiri, semakin banyak pula kemungkinan untuk sombong
*love is so short, forgeting is so long
*kegagalan adalah kesuksesan yang tertunda
*cinta kepda harta artinnya bakhil, cinta kepada perempuan artinya alam, cinta kepada diri sendiri artinya bijaksana, cinta kepada mati adalah hidup, cinta kepada Tuhan artinya Taqwa
jangan katakan q cinta kamu, bila kau tak menarah hati padannya
Kamis, 25 Oktober 2012
Selasa, 23 Oktober 2012
Tasaawuf
PEMBAHASAN
Tasawuf adalah salah satu diantara khazanah tradisi
dan warisan keilmuan islam yang sangat berharga. Tasawuuf merupakan konsepsi
pengetahuan yang menekankan spiritualitas sebagai metode tercapainya
kebahagiaan dan kesempurnaan dalam hidup manusia. Esensi tasawuf sebenarnya
telah ada sejak masa Rosulullah saw.
Pada awalnya tasawuf merupakan suatu penafsiran
lebih lanjut atas tindakan dan perkataan Rosulullah saw yang sarat dengan
dimensi spiritualitas dan ketuhanan. Tasawuf tidak bisa di ketahui melalui
metode-metode logis atau rasional. Pada zaman modern ini, tasawuf semakin
menarik minat umat islam untuk mengamalkan ajaran tasawuf. Terutama ketika
kemajuan zaman telah berdampak terhadap kekeringan jiwa manusia.
Adapun beberapa cara untuk merealisasikan dalam
bertasawuf diantaranya : Takhalli (pengkosongan diri terhadap sifat-safat
tercela), Tahalli (menghiasi diri dengan sifat-sifat terpuji) dan Tajalli
(tersingkapnya tabir). Lebih jelasnya simak dalam pembasan dibawah ini .
A.
TAKHALLI
Takhalli atau penarikan diri. Sang
hamba yang menginginkan dirinya dekat dengan Allah haruslah menarik diri dari
segala sesuatu yang mengalihkan perhatiannya dari Allah. Takhalli merupakan
segi filosofis terberat, karena terdiri dari mawas diri, pengekangan segala
hawa nafsu dan mengkosongkan hati dari segala-galanya, kecuali dari diri yang
dikasihi yaitu Allah SWT.
Takhalli berarti mengkosongkan atau
memersihkan diri dari sifat-sifat tercela dan dari kotoran penyakit hati yang
merusak. Hal ini akan dapat dicapai dengan jalan menjauhkan diri dari
kemaksiatan dengan segala bentuk dan berusaha melepaskan dorongan hawa nafsu
jahat. Menurut kelompok sufi, maksiat dibagi menjadi dua : maksiat lahir dan
batin. Maksiat batin yang terdapat pada manusia tentulah lebih berbahaya lagi,
karena ia tidak kelihatan tidak seperti maksiat lahir, dan kadang-kadang begitu
tidak di sadari. Maksiat ini lebih sukar dihilangkan.
Perlu diketahui bahwa maksiat batin
itu pula yang menjadi penggerak maksiat lahir. Selama maksiat batin itu belum
bisa dihilangkan pula maksiat lahir tidak bisa di bersihkan. Maksiat lahir
Adalah segala maksiat tercela yang di kerjakan oleh anggota lahir. Sedangkan
maksiat batin adalah segala sifat tercela yang dilakukan oleh anggota batin
dalam hal ini adalah hati, sehingga tidak mudah menerima pancaran nur Illahi, dan
tersingkaplah tabir (hijab), yang membatasi dirinya dengan tuhan, dengan jalan
sebagai berikut :
a.
Menghayati
segala bentuk ibadah, sehingga pelaksananya tidak sekedar apa yang terlihat
secara lahiriyyah, namun lebih dari itu, memahami makna hakikinya.
b.
Riyadhoh
(latiahan) dan mujahadah (perjuangan) yakni berjuang dan berlatih membersihkan
diri dari kekangan hawa nafsu, dan mengendalikan serta tidak menuruti keinginan
hawa nafsunya tersebut. Menurut Al-Ghozali, riyadoh dan mujahadah itu adalah
latihan dan kesungguhan dalam menyingkirkan keinginan hawa nafsu (shahwat) yang
negativ dengan mengganti sifat yang positive.
c.
Mencari
waktu yang tepat untuk mengubah sifat buruk dan mempunyai daya tangkal terhadap
kebiasaan buruk dan menggantikanya dengan kebiasaannya yang baik.
d.
Mukhasabah
(koreksi) terhadap diri sendiri dan selanjutnya meninggalkn sifat-sifat yang
jelek itu. Memohon pertolongan Allah dari godaan syaitan.
Jika dihubungkan pemikiran dan
metode KH.Ahmad Rifa'i dengan konsep tasawuf masuk dalam kategori metode
tahalli yaitu mengisi diri dari sifat-sifat yang terpuji (mahmudah). Hal ini
sebagaimana dikemukakan oleh Mustafa Zahri bahwa metode dan fase-fase yang
harus dilalui untuk mencapai pengisian diri menuju jiwa yang sehat yaitu
melalui takhalli ( membersihkan diri dari sifat-sifat tercela), tahalli
(mengisi diri dengan sifat-sifat yang terpuji), dan tajalli (memperoleh
kenyataan Tuhan) Penegasan Mustafa Zahri didukung pula oleh Amin Syukur yang
menyatakan dalam tasawuf lewat amalan dan latihan kerohanian yang beratlah,
maka hawa nafsu manusia akan dapat dikuasai sepenuhnya. Adapun sistem pembinaan
dan latihan tersebut adalah melalui jenjang takhalli, tahalli dan tajalli.
Sejalan dengan itu Hanna Djumhanna
Bastaman mengemukakan empat pola wawasan kesehatan mental dengan masing-masing
orientasinya sebagai berikut: pertama, pola wawasan yang berorientasi
simtomatis, kedua, pola wawasan yang berorientasi penyesuaian diri, ketiga, pola
wawasan yang berorientasi pengembangan potensi, keempat, pola wawasan yang
berorientasi agama/kerohanian, Pemikiran Ahmad Rifa’i di atas masuk dalam
kategori takhalli. Dengan demikian tampaklah bahwa zuhud, qona’ah, shabar,
tawakkal hatinya, mujahadah, ridho, syukur, masuk dalam kategori kriteria jiwa
atau mental yang sehat. Sedangkan cinta dunia, tamak, mengikuti hawa nafsu,
ujub, riya, takabbur, hasad, sum’ah, masuk dalam kriteria jiwa atau mental yang
sakit. Maka dari itu kita harus selalu berusaha menjauhkan atau mengkosongkan
diri dari sifat-sifat kemakasiatan , sifat itu diantaranya :
1. Hubb al Dunya (Mencintai Dunia)Hubb
al-dunya adalah cinta pada dunia, sedangkan secara istilah adalah cinta pada
dunia yang dianggap mulia dan tidak melihat pada akhirat yang nantinya akan
sia-sia, Perilaku ini dianggap Ahmad Rifa’i sebagai suatu perbuatan yang
tercela karena memandang dunia lebih mulia dibanding akhirat. Ia menekankan
celaan terhadap dunia yang dapat membawa orang lupa akan akhirat. Dengan
batasan ini maka ia masih memberikan peluang untuk menyisihkan pada dunia
selama tidak menjadikan orang lupa akan akhirat.
2. Tamak
Pengertian tamak menurut Ahmad Rifa’i adalah hati yang rakus terhadap dunia sehingga tidak memperhitungkan halal dan haram yang mengakibatkan adanya dosa besar. Meskipun sifat ini dikemukakan dalam rangka takhalli, namun sebenarnya mengandung ajakan untuk menciptakan isolasi dengan kebudayaan kota sebagaimana ditampilkan oleh kekuasaan dan pejabat pribumi yang mengabdi untuk kepentingan pemerintah. Dalam kitabnya yang sarat dengan kritik yang ditujukan kepada masyarakat pribumi yang selalu mengabdikan pada pemerintah kolonial pada saat itu. Yang disebut itba al- hawa’ menurut Ahmad Rifa’i adalah menuruti hawa nafsu, sedangkan secara istilah adalah orang yang hatinya selalu mengikuti perbuatan buruk yang telah diharamkan oleh syariat. Pengertian tersebut dikemukakan dalam konteks mencela orang kafir di satu pihak dan orang munafik di satu pihak.
Pengertian tamak menurut Ahmad Rifa’i adalah hati yang rakus terhadap dunia sehingga tidak memperhitungkan halal dan haram yang mengakibatkan adanya dosa besar. Meskipun sifat ini dikemukakan dalam rangka takhalli, namun sebenarnya mengandung ajakan untuk menciptakan isolasi dengan kebudayaan kota sebagaimana ditampilkan oleh kekuasaan dan pejabat pribumi yang mengabdi untuk kepentingan pemerintah. Dalam kitabnya yang sarat dengan kritik yang ditujukan kepada masyarakat pribumi yang selalu mengabdikan pada pemerintah kolonial pada saat itu. Yang disebut itba al- hawa’ menurut Ahmad Rifa’i adalah menuruti hawa nafsu, sedangkan secara istilah adalah orang yang hatinya selalu mengikuti perbuatan buruk yang telah diharamkan oleh syariat. Pengertian tersebut dikemukakan dalam konteks mencela orang kafir di satu pihak dan orang munafik di satu pihak.
3. Ujub
Ujub artinya mengherankan dalam batin.Adapun makna istilah penjelasannya Yaitu memastikan kesentosaan badan Dari siksa akhirat keselamatannya. Secara bahasa ‘ujub adalah mengherankan dalam hati/batin. Sedangkan makna secara istilah adalah memastikan kesentosaan badan dari keselamatan siksa akhirat. Menurutnya ‘ujub yang sebenarnya adalah membanggakan diri atas hasil yang telah dicapai di dalam hatinya dan dengan angan-angan merasa telah sempurna baik dari segi ilmu maupun amalnya dan ketika ada seseorang tahu tentang ilmu dan amalnya maka ia tidak akan mengembalikan semua itu pada yang kuasa yakni telah memberikan nikmat tersebut, maka ia telah benar dikatakan’ujub.
Ujub artinya mengherankan dalam batin.Adapun makna istilah penjelasannya Yaitu memastikan kesentosaan badan Dari siksa akhirat keselamatannya. Secara bahasa ‘ujub adalah mengherankan dalam hati/batin. Sedangkan makna secara istilah adalah memastikan kesentosaan badan dari keselamatan siksa akhirat. Menurutnya ‘ujub yang sebenarnya adalah membanggakan diri atas hasil yang telah dicapai di dalam hatinya dan dengan angan-angan merasa telah sempurna baik dari segi ilmu maupun amalnya dan ketika ada seseorang tahu tentang ilmu dan amalnya maka ia tidak akan mengembalikan semua itu pada yang kuasa yakni telah memberikan nikmat tersebut, maka ia telah benar dikatakan’ujub.
4. Riya’
Yang dimaksud riya’ menurut Ahmad Rifa’i adalah memperlihatkan atas kebaikannya kepada manusia biasa. Sedangkan menurut istilah adalah melakukan ibadah dengan sengaja dalam hatinya yang bertujuan karena manusia (dunia) dan tidak beribadah semata-mata tertuju karena Allah. Dengan pengertian seperti ini beliau membatasi riya’ sebagai penyimpangan niat ibadah selain Allah.
Yang dimaksud riya’ menurut Ahmad Rifa’i adalah memperlihatkan atas kebaikannya kepada manusia biasa. Sedangkan menurut istilah adalah melakukan ibadah dengan sengaja dalam hatinya yang bertujuan karena manusia (dunia) dan tidak beribadah semata-mata tertuju karena Allah. Dengan pengertian seperti ini beliau membatasi riya’ sebagai penyimpangan niat ibadah selain Allah.
5. Takabur
Pengertian takabur menurut Ahmad Rifa’i adalah sombong merasa tinggi. Sedangkan menurut istilah adalah menetapkan kebaikan atas dirinya dalam sifat-sifat baik atau keluhuran yang disebabkan karena banyaknya harta dan kepandaian. Inti perbuatan takabur dalam pengertian tersebut adalah merasa sombong karena harta dan kapandaian yang dimiliki seseorang.
Pengertian takabur menurut Ahmad Rifa’i adalah sombong merasa tinggi. Sedangkan menurut istilah adalah menetapkan kebaikan atas dirinya dalam sifat-sifat baik atau keluhuran yang disebabkan karena banyaknya harta dan kepandaian. Inti perbuatan takabur dalam pengertian tersebut adalah merasa sombong karena harta dan kapandaian yang dimiliki seseorang.
6. Hasud
Jika penyakit hasud telah menyebar luas, dan setiap orang yang hasud mulai memperdaya setiap orang yang memiliki nikmat maka pada saat itu tipu daya telah menyebar luas pula dan tidak seorangpun yang selamat dari keburukannya karena setiap orang pembuat tipu daya dan diperdaya. Ahmad Rifa’i mengartikan hasud adalah berharap akan nikmatnya tuhan yang ada pada orang Islam baik itu ilmu, ibadah maupun harta benda.
Jika penyakit hasud telah menyebar luas, dan setiap orang yang hasud mulai memperdaya setiap orang yang memiliki nikmat maka pada saat itu tipu daya telah menyebar luas pula dan tidak seorangpun yang selamat dari keburukannya karena setiap orang pembuat tipu daya dan diperdaya. Ahmad Rifa’i mengartikan hasud adalah berharap akan nikmatnya tuhan yang ada pada orang Islam baik itu ilmu, ibadah maupun harta benda.
7. Sum’ah
Secara bahasa sum’ah adalah memperdengarkan kepada oranglain. Sedangkan secara istilah adalah melakukan ibadah dengan benar dan ikhlas karena Allah akan tetapi kemudian menuturkan kebaikannya kepada orang lain agar orang lain berbuat baik kepada dirinya. Dalam pembahasan ini beliau menekankan pada jalan yang harus ditempuh bagi seseorang muslim agar selalu mengerjakan sifatsifat terpuji dan menjauhi sifat-sifat tercela yang dapat membawanya pada kerusakan pada amaliah lahir maupun batin. Beliau mengajak kepada kita unuk berperilaku dengan benar, baik secara lahir maupun batin.
Secara bahasa sum’ah adalah memperdengarkan kepada oranglain. Sedangkan secara istilah adalah melakukan ibadah dengan benar dan ikhlas karena Allah akan tetapi kemudian menuturkan kebaikannya kepada orang lain agar orang lain berbuat baik kepada dirinya. Dalam pembahasan ini beliau menekankan pada jalan yang harus ditempuh bagi seseorang muslim agar selalu mengerjakan sifatsifat terpuji dan menjauhi sifat-sifat tercela yang dapat membawanya pada kerusakan pada amaliah lahir maupun batin. Beliau mengajak kepada kita unuk berperilaku dengan benar, baik secara lahir maupun batin.
B.
TAHALLI
Tahalli
berarti berhias. Maksutnya adalah membiasakan diri dengan sifat dan sikap serta
pebuatan yang baik. Berusaha agar dalam setiap gerak prilaku selalu berjalan
diatas ketentuan agama, baik kewajiban luar maupun kewajiban dalam tau ketaan
lahir maupun batin. Ketaatan lahir maksutnya adalah kewajiban yang bersifat
formal, seperti sholat, puasa, zakat, haji, dan lain sebagainya. Sedangkan
ketaatan batin seperti iman, ikhsan, dan lain sebagainya. Tahalli adalah semedi
atau meditasi yaitu secara sistematik dan metodik, meleburkan kesadaran dan
pikiran untuk dipusatkan dalam perenungan kepada Tuhan, dimotivasi bahana
kerinduan yang sangat dilakukan seorang sufi setelah melewati proses
pembersihan hati yang ternoda oleh nafsu-nafsu duniawi .
Tahlli
merupakan tahap pengisian jiwa yang telah dikosongkan pada tahap takhalli.
Dengan kata lain, sesudah tahap pembersihan diri dari segala sifat dan sikap
mental yang baik dapat dilalui, usah itu harus berlanjut terus ketahap
berikutnya, yaitu tahalli. Pada perakteknya pengisian jiwa dengan sifat-sifat
yang baik setelah dikosongklan dari sifat-sifat buruk, tidaklah berarti bahw
jiwa harus dikosongkan terlbeih dahulu baru kemudian di isi . Akan tetapi,
ketika menghilangkan kebiasaan yang buruk, bersamaan dengan itu pula diisi
dengan kebiasaan yang baik.
Pada dasarnya jiwa manusia bias di latih, dikuwasai, diubah, dan dibentuk seuai dengan kehendak manusia itu sendiri. Dari satu latihan akan menjadi kebiasaan dan kebiasaan akan mengahasilkan kepribadian. Sikap mental dan perbuatan lahir yang sangat pentiang diisikan dalam jiwa dan dibiasakan dalam perbuatan dalam rangka pembentukan manusia paripurna antara lain adalah taubat, sabar, zuhud, twakal, cinta, makrifat, keridhoan, dan sebagainya.
Pada dasarnya jiwa manusia bias di latih, dikuwasai, diubah, dan dibentuk seuai dengan kehendak manusia itu sendiri. Dari satu latihan akan menjadi kebiasaan dan kebiasaan akan mengahasilkan kepribadian. Sikap mental dan perbuatan lahir yang sangat pentiang diisikan dalam jiwa dan dibiasakan dalam perbuatan dalam rangka pembentukan manusia paripurna antara lain adalah taubat, sabar, zuhud, twakal, cinta, makrifat, keridhoan, dan sebagainya.
Tahalli
adalah berbias dengan sifat-sifat Allah. Akan tetapi, perhiasan paling sempurna
dan paling murni bagi hamba adalah berhias dengan sifat-sifat penghambaan.
Penghambaan adalah pengabdian penuh dan sempurna dan sama sekali tidak
menampakan tanda-tanda keTuhanan (Rabbaniyyah). Hamba yang berhias (tahalli)
dengan penghambaan itu menempati kekekalan dalam dirinya sendiri dan menjadi tiada
dalam pengatahuan Allah.
Tahalli
juga dapat diartiakan sebagai semedi atau mediatasi secara sistematik dan
metodik, meleburkan kesadaran dan pikiran untuk dipusatkan dalam perenungan
kepada Tuhan, dimotivasi bahana kerinduan yang sangat akan keindahan wajah
Tuhan. Tahalli merupakan segi fraksional yang dilakukan seorang sufi setelah
melewati proses pembersihan hati yang ternoda oleh nafsu-nafsu duniawi. Maka
dari itu ada beberapa cara untuk menghiasi diri kita untuk mendekatkan diri
pada Allah diantaranya : zuhud, qona’ah, shabar, tawakkal hatinya, mujahadah,
ridho, syukur, masuk dalam kategori kriteria jiwa atau mental yang sehat.
1. Zuhud
Secara harfiah zuhud adalah bertapa di dalam dunia. Sedangkan menurut istilah yaitu bersiap-siap di dalam hatinya untuk mengerjakan ibadah, melakukan kewajiban semampunya dan menyingkir dari dunia yang haram serta menuju kepada Allah baik lahir maupun batin Dalam menjelaskan kata ini Ahmad Rifa’i lebih menekankan pada aspek pengendalian hati daripada aspek perilaku yang harus ditampilkan Jika perkembangan zuhud pada fase yang paling awal ditandai dengan tindakan konkrit menjauhi kehidupan dunia sebagaimana yang diperlihatkan oleh Rabi’ah al-Adawiyah dan lainnya, maka dalam pemikiran Ahmad Rifa’i titik beratnya adalah pada pengendalian hati supaya tidak tergantung pada harta. Oleh karenanya Ahmad Rifa’i menekankan bahwa zuhud bukan berarti tidak ada harta tetapi tidak ada ketertarikan dengan harta.
Secara harfiah zuhud adalah bertapa di dalam dunia. Sedangkan menurut istilah yaitu bersiap-siap di dalam hatinya untuk mengerjakan ibadah, melakukan kewajiban semampunya dan menyingkir dari dunia yang haram serta menuju kepada Allah baik lahir maupun batin Dalam menjelaskan kata ini Ahmad Rifa’i lebih menekankan pada aspek pengendalian hati daripada aspek perilaku yang harus ditampilkan Jika perkembangan zuhud pada fase yang paling awal ditandai dengan tindakan konkrit menjauhi kehidupan dunia sebagaimana yang diperlihatkan oleh Rabi’ah al-Adawiyah dan lainnya, maka dalam pemikiran Ahmad Rifa’i titik beratnya adalah pada pengendalian hati supaya tidak tergantung pada harta. Oleh karenanya Ahmad Rifa’i menekankan bahwa zuhud bukan berarti tidak ada harta tetapi tidak ada ketertarikan dengan harta.
2. Qona’ah
Secara harfiah qona’ah adalah hati yang tenang. Sedangkan menurut istilah adalah hati yang tenang memilih rihda Allah, mencari harta dunia sesuai dengan kebutuhan untuk melaksanakan kewajiban dan menjauhkan maksiat. Pengertian ini merupakan kelanjutan sikap zuhud yang tidak mau mengejar kehidupan dunia selain kebutuhan pokok Dalam menjalankan zuhud ia memberikan penekanan qona’ah itu sebagai suatu kondisi jiwa yang bernuansa pada aktivitas batin. Hal ini dapat dilihat lebih lanjut ketika ia mengemukakan pernyataan yang mendudukkan arti kaya pada proporsi yang lebih bersifat batini dengan ungkapannya. Dari syair KH.Ahmad Rifa'i sebagaima telah dikemukakan dalam bab tiga skripsi ini tersimpul pengertian bahwa kekayaan bukan hanya berisi harta tetapi rasa puas terhadap apa yang dimiliki. Atas dasar pengertian ini maka orang bisa merasa kaya meskipun secara lahiriah ia miskin
Secara harfiah qona’ah adalah hati yang tenang. Sedangkan menurut istilah adalah hati yang tenang memilih rihda Allah, mencari harta dunia sesuai dengan kebutuhan untuk melaksanakan kewajiban dan menjauhkan maksiat. Pengertian ini merupakan kelanjutan sikap zuhud yang tidak mau mengejar kehidupan dunia selain kebutuhan pokok Dalam menjalankan zuhud ia memberikan penekanan qona’ah itu sebagai suatu kondisi jiwa yang bernuansa pada aktivitas batin. Hal ini dapat dilihat lebih lanjut ketika ia mengemukakan pernyataan yang mendudukkan arti kaya pada proporsi yang lebih bersifat batini dengan ungkapannya. Dari syair KH.Ahmad Rifa'i sebagaima telah dikemukakan dalam bab tiga skripsi ini tersimpul pengertian bahwa kekayaan bukan hanya berisi harta tetapi rasa puas terhadap apa yang dimiliki. Atas dasar pengertian ini maka orang bisa merasa kaya meskipun secara lahiriah ia miskin
3. Sabar
Sabar secara harfiah bermakna menanggung penderitaan. Sedangkan menurut al-Khawwas yang menyatakan bahwa sabar adalah sikap teguh terhadap hukum-hukum dari Al-Quran dan As-Sunah. Pengertian ini sejalan dengan apa yang diberikan oleh al-Qusyairi yang menyatakan bahwa di antara bermacam-macam sabar adalah kesabaran terhadap perintah dan larangan-Nya. Di pihak lain sabar dikaitkan dengan musibah seperti pendapat Abu Muhammad al-Jarir yang menyatakan bahwa sabar adalah suatu kondisi yang tidak berbeda antara mendapat nikmat dan mendapat cobaan.
Sabar secara harfiah bermakna menanggung penderitaan. Sedangkan menurut al-Khawwas yang menyatakan bahwa sabar adalah sikap teguh terhadap hukum-hukum dari Al-Quran dan As-Sunah. Pengertian ini sejalan dengan apa yang diberikan oleh al-Qusyairi yang menyatakan bahwa di antara bermacam-macam sabar adalah kesabaran terhadap perintah dan larangan-Nya. Di pihak lain sabar dikaitkan dengan musibah seperti pendapat Abu Muhammad al-Jarir yang menyatakan bahwa sabar adalah suatu kondisi yang tidak berbeda antara mendapat nikmat dan mendapat cobaan.
4. Tawakal
Tawakal adalah pasrah kepada Allah terhadap seluruh pekerjaan, sedangkan secara istilah adalah pasrah kepada seluruh yang diwajibkan Allah dan menjauhi dari segala yang haram 15.
Tawakal adalah pasrah kepada Allah terhadap seluruh pekerjaan, sedangkan secara istilah adalah pasrah kepada seluruh yang diwajibkan Allah dan menjauhi dari segala yang haram 15.
5. Mujahadah
Arti harfiah dari mujahadah ialah bersungguh-sungguh dalam melaksanakan perbuatan sedangkan secara istilah adalah bersungguhsungguh sekuat tenaga dalam melaksanakan perintah dan menjauhi larangan, memerangi ajakan hawa nafsu dan berlindung kepada Allah dari orang-orang kafir yang dilaknati 16 Dalam penjelasan selanjutnya, Ahmad Rifa’i lebih menekankan pada aspek kesungguhan dalam memerangi hawa nafsu dengan tujuan memperoleh jalan benar serta keberuntungan.
Arti harfiah dari mujahadah ialah bersungguh-sungguh dalam melaksanakan perbuatan sedangkan secara istilah adalah bersungguhsungguh sekuat tenaga dalam melaksanakan perintah dan menjauhi larangan, memerangi ajakan hawa nafsu dan berlindung kepada Allah dari orang-orang kafir yang dilaknati 16 Dalam penjelasan selanjutnya, Ahmad Rifa’i lebih menekankan pada aspek kesungguhan dalam memerangi hawa nafsu dengan tujuan memperoleh jalan benar serta keberuntungan.
6. Ridha
Ridha berarti dengan senang hati, sedangkan menurut istilah adalah sikap menerima atas pemberian Allah dibarengi dengan sikap menerima ketentuan hukum syari’at secara ikhlas dan penuh ketaatan serta menjauhi dari segala macam kemaksiatan baik lahir maupun batin. Dalam dunia tasawuf, kata ridhamemiliki arti tersendiri yang terkait dengan sikap kepasrahan sikap seseorang dihadapan kekasihnya. Sikap ini merupakan wujud dari rasa cinta pada Allah yang diwjudkan dalam bentuk sikap menerima apa saja yang dikehendaki olehnya tanpa memberontak. Implikasi dari pemahaman terhadap konsep ridha ini adalah sikapnya yang menerima kenyataan sebagai kelompok kecil di tengah-tengah akumulasi kekuasaan pada waktu itu. Implikasi lain terlihat pada pelaksanaan syari’at Islam yang dilakukan dengan penuh ketaatan dan penuh berhati-hati seperti masalah perkawinan, shalat jum’at dan lain-lain.
Ridha berarti dengan senang hati, sedangkan menurut istilah adalah sikap menerima atas pemberian Allah dibarengi dengan sikap menerima ketentuan hukum syari’at secara ikhlas dan penuh ketaatan serta menjauhi dari segala macam kemaksiatan baik lahir maupun batin. Dalam dunia tasawuf, kata ridhamemiliki arti tersendiri yang terkait dengan sikap kepasrahan sikap seseorang dihadapan kekasihnya. Sikap ini merupakan wujud dari rasa cinta pada Allah yang diwjudkan dalam bentuk sikap menerima apa saja yang dikehendaki olehnya tanpa memberontak. Implikasi dari pemahaman terhadap konsep ridha ini adalah sikapnya yang menerima kenyataan sebagai kelompok kecil di tengah-tengah akumulasi kekuasaan pada waktu itu. Implikasi lain terlihat pada pelaksanaan syari’at Islam yang dilakukan dengan penuh ketaatan dan penuh berhati-hati seperti masalah perkawinan, shalat jum’at dan lain-lain.
7. Syukur
Ahmad Rifa’i memjelaskan kata syukur yakni mengetahui akan segala nikmat Allah berupa nikmat keimanan dan ketaatan dengan jalan memuji Allah yang telah memberikan sandang dan pangan. Rasa terima kasih ini kemudian ditindaklanjuti dengan berbakti kepada-Nya. Sejalan dengan pengertian di atas, bersyukur dapat dilakukan dengan tiga cara: pertama, mengetahui nikmat Allah berupa sahnya iman dan ibadah. Kedua, memuji lisannya dengan ucapan Alhamdulillah. Ketiga, melaksanakan kewajiban dan menjauhi larangan Allah. Cara bersyukur semacam ini sejalan dengan penjelasan al-Qusyairi mengatakan bahwa bersyukur dapat dilakukan melalui lisan anggota badan dan hati. Makna lain dari pengertian syukur menurut Ahmad Rifa’i adalah adanya prioritas pada dua unsur pokok yaitu keimanan dan ketaatan serta tercukupinya sandang dan pangan. Pandangan ini memiliki relevansinya dengan sifat terpuji lainnya seperti Qona’ah yang berupa ketenangan hati memilih ridha Allah dengan cara mencari harta dunia sesuai dengan kebutuhan. Kebutuhan tersebut sebatas terpenuhinya hal-hal yang dapat membantu ketaatan melaksanakan kewajiban dan menjauhkan diri dari kemaksiatan. Sekalipun menganjurkan sikap sederhana, tetapi tidak menganjurkan sikap fakir sebagaimana yang ada dalam tradisi sufi tradisional, Ahmad Rifa’i tidak menganjurkan untuk menganjurkan untuk menolak akan tetapi menolak ketergantungan kepada harta.
Ahmad Rifa’i memjelaskan kata syukur yakni mengetahui akan segala nikmat Allah berupa nikmat keimanan dan ketaatan dengan jalan memuji Allah yang telah memberikan sandang dan pangan. Rasa terima kasih ini kemudian ditindaklanjuti dengan berbakti kepada-Nya. Sejalan dengan pengertian di atas, bersyukur dapat dilakukan dengan tiga cara: pertama, mengetahui nikmat Allah berupa sahnya iman dan ibadah. Kedua, memuji lisannya dengan ucapan Alhamdulillah. Ketiga, melaksanakan kewajiban dan menjauhi larangan Allah. Cara bersyukur semacam ini sejalan dengan penjelasan al-Qusyairi mengatakan bahwa bersyukur dapat dilakukan melalui lisan anggota badan dan hati. Makna lain dari pengertian syukur menurut Ahmad Rifa’i adalah adanya prioritas pada dua unsur pokok yaitu keimanan dan ketaatan serta tercukupinya sandang dan pangan. Pandangan ini memiliki relevansinya dengan sifat terpuji lainnya seperti Qona’ah yang berupa ketenangan hati memilih ridha Allah dengan cara mencari harta dunia sesuai dengan kebutuhan. Kebutuhan tersebut sebatas terpenuhinya hal-hal yang dapat membantu ketaatan melaksanakan kewajiban dan menjauhkan diri dari kemaksiatan. Sekalipun menganjurkan sikap sederhana, tetapi tidak menganjurkan sikap fakir sebagaimana yang ada dalam tradisi sufi tradisional, Ahmad Rifa’i tidak menganjurkan untuk menganjurkan untuk menolak akan tetapi menolak ketergantungan kepada harta.
8. Ikhlas
Apa yang disebut ikhlas menurut Ahmad Rifa’i adalah membersihkan, sedangkan secara istilah ikhlas adalah membersihkan hati untuk Allah semata sehingga dalam beribadah tidak ada maksud lain kecuali kepada Allah. Segenap amal tidak akan diterima jika didasarkan oleh rasa ikhlas ini. Untuk mewujdkan keikhlasan dalam beribadah dituntut adanya dua rukun ikhlas; pertama, hati yang hanya bertujuan taat kepada Allah dan tidak kepada selain-Nya. Kedua, amal ibadahnya disahkan oleh peraturan fikih. Dalam memberikan penjelasan mengenai kata ikhlas ini Ahmad Rifa’i hendak membawa persoalan kepada situasi amaliah keagamaan kalangan yang memiliki pamrih kepada selain Allah dalam setiap amal perbuatannya. Ia mengaitkan orang yang tidak ikhlas dalam beribadah dengan perbuatan syirik (menyekutukan Allah). Penjelasan ini memiliki kemiripan dengan 17 tradisi tasawuf abad III Hijriah ketika para tokohnya semisal Hasan Basri yang menolak gaya hidup para penguasa yang dinilai dalam jalan yang salah. Pandangan di atas ini semakin memperjelas posisi Ahmad Rifa’I sebagai tokoh agama yang cukup keras terhadap penyimpangan yang memiliki keterkaitan dengan kekuasaan kolonial dan pembantu-pembantunya. Ia menyatakan bahwa orang-orang yang dalam ibadahnya memiliki pamrih terhadap urusan dunia maka tidak akan selamat bahkan dimasukkan dalam kategori kafir.
Apa yang disebut ikhlas menurut Ahmad Rifa’i adalah membersihkan, sedangkan secara istilah ikhlas adalah membersihkan hati untuk Allah semata sehingga dalam beribadah tidak ada maksud lain kecuali kepada Allah. Segenap amal tidak akan diterima jika didasarkan oleh rasa ikhlas ini. Untuk mewujdkan keikhlasan dalam beribadah dituntut adanya dua rukun ikhlas; pertama, hati yang hanya bertujuan taat kepada Allah dan tidak kepada selain-Nya. Kedua, amal ibadahnya disahkan oleh peraturan fikih. Dalam memberikan penjelasan mengenai kata ikhlas ini Ahmad Rifa’i hendak membawa persoalan kepada situasi amaliah keagamaan kalangan yang memiliki pamrih kepada selain Allah dalam setiap amal perbuatannya. Ia mengaitkan orang yang tidak ikhlas dalam beribadah dengan perbuatan syirik (menyekutukan Allah). Penjelasan ini memiliki kemiripan dengan 17 tradisi tasawuf abad III Hijriah ketika para tokohnya semisal Hasan Basri yang menolak gaya hidup para penguasa yang dinilai dalam jalan yang salah. Pandangan di atas ini semakin memperjelas posisi Ahmad Rifa’I sebagai tokoh agama yang cukup keras terhadap penyimpangan yang memiliki keterkaitan dengan kekuasaan kolonial dan pembantu-pembantunya. Ia menyatakan bahwa orang-orang yang dalam ibadahnya memiliki pamrih terhadap urusan dunia maka tidak akan selamat bahkan dimasukkan dalam kategori kafir.
C.
TAJALLI
Setelah
seseorang melalui dua tahap tersebut maka tahap ketiga yakni tajalli, seseorang
hatinya terbebaskan dari tabir (hijab) yaitu sifat-sifat kemanusian atau
memperoleh nur yang selama ini tersembunyi (Ghaib) atau fana segala selain
Allah ketika nampak (tajalli) wajah-Nya.
Tajalli bermakna pecerahan atau penyngkapan. Suatu term yang berkembang di kalangan sufisme sebagai sebuah penjelamaan, perwujudan dari yang tuanggal, Sebuah pemancaran cahaya batin, penyingkapan rahasia Allah, dan pencerahan hati hamba-hamba saleh.
Tajalli bermakna pecerahan atau penyngkapan. Suatu term yang berkembang di kalangan sufisme sebagai sebuah penjelamaan, perwujudan dari yang tuanggal, Sebuah pemancaran cahaya batin, penyingkapan rahasia Allah, dan pencerahan hati hamba-hamba saleh.
Tajalli
adalah tersingkapnya tirai penyekap dai alam gaib, atau proses mendapat
penerangan dari nur gaib, sebagai hasil dari suatu meditasi. Dalam sufisme,
proses tersingkapnya tirai dan penerimaan nur gaib dalam hati seorang mediator
disebut Al-Hal, yaitu proses pengahayatan gaib yang merupakan anugrah dari Tuhan
dan diluar adikuasa manusia.
Tajalli
berarti Allah menyingkapkan diri-Nya kepada makhluk-Nya. Penyingkapan diri
Tuhan tidak pernah berulang secara sama dan tidak pernah pula berakhir.
Penyingkapan diri Tuhan itu berupa cahaya baatiniyah yang masuk ke hati.
Apabila seseorang bisa melalui dua tahap tkhalli dan tajalli maka dia akan
mencapai tahap yang ke tiga, yakni tajalli, yang berarti lenyap tau hilangnya
hijab dari sifat kemanusiaan atau terangnya nur yang selama itu tersembunyi
atau fana` segala sesuatu kecuali Allah, ketika tampak wajah Allah. Tajalli
merupakan tanda-tanda yang Allah tanamkan didalam diri manusia supaya Ia dapat
disaksiakan. Setiap tajalli melimpahkan cahaya demi cahaya sehingga seorang
yang menerimanya akan tenggelam dalam kebaikan. Jika terjadi perbedaan yang dijumpai
dalam berbagai penyingkapan itu tidak menandakan adanya perselisihan diantara
guru sufi. Masing-masing manusia unik, oleh karena itu masing-masing tajalli
juga unik. Sehingga tidak ada dua orang yang meraskan pengalaman tajalli yang
sama. Tajalli melampaui kata-kata. Tajalli adalah ketakjupan. Al-Jilli membagi
tajalli menjadi empat tingkatan .
a. Tajalli Af`al, yaitu tajalli Allah pada
perbuatan seseorang, artinya segala aktivitasnya itu disertai qudratn-Nya, dan
ketika itu dia melihat-Nya.
b. Tajalli Asma`, yaitu lenyapanya
seseorang dari dirinya dan bebasnya dari genggaman sifat-sifat kebaruan dan
lepasnya dari ikatan tubuh kasarnya. Dalam tingkatan ini tidak ada yang dilihat
kecuali hannya dzat Ash Shirfah (hakikat gerakan), bukan melihat asma`.
c. Tajalli sifat, yaitu menrimanya seorang hamba
atas sifat-siafat ketuhanan, artinya Tuhan mengambil tempat padanya tanapa
hullul dzat-Nya.
d. Tajalli Zat, yaitu apabila Allah menghendaki
adanya tajalli atas hamba-Nya yang mem-fana` kan dirinya maka bertempat padanya
karunia ketuhanan yang bisa berupa sifat dan bisa pula berupa zat, disitulah
terjadi ketunggalan yang sempurna. Dengan fana`nya hamba maka yang baqa`
hanyalah Allah. Dalam pada itu hamba tekah berada dalam situasi ma siwalah
yakni dalam wujud allah semata.
Ahli tasawuf berkata bahwa tasawuf tidak lain adalah menjalani takhalli, tahalli, dan tajalli. Jalan yang ditempuh oleh para Sufi adalah jalan takhalli, tahalli, dan tajalli. Mengosongkan jiwa dari sifat buruk, menghiasi jiwa dengan sifat yang baik dengan tujuan untuk menyaksikan dengan penglihatan hati bahwa sesungguhnya tuhan itu tidak ada, hanya Allah SWT yang Ada, “Tidak ada tuhan (lâ ilâha) selain (illâ) Allah SWT dan Muhammad bin Abdullah adalah hamba, utusan, dan kekasih-Nya.”
Ibnu Arabi menyatkan bahwa tajalli Tuhan ada dua bentuk, yaitu tjalli ghaib atau tajalli dzati dan tajalli shuhudi. Al-Kalabadzi membagi tajalli menjadi tiga macam , yaitu sebagai berikut :
Ahli tasawuf berkata bahwa tasawuf tidak lain adalah menjalani takhalli, tahalli, dan tajalli. Jalan yang ditempuh oleh para Sufi adalah jalan takhalli, tahalli, dan tajalli. Mengosongkan jiwa dari sifat buruk, menghiasi jiwa dengan sifat yang baik dengan tujuan untuk menyaksikan dengan penglihatan hati bahwa sesungguhnya tuhan itu tidak ada, hanya Allah SWT yang Ada, “Tidak ada tuhan (lâ ilâha) selain (illâ) Allah SWT dan Muhammad bin Abdullah adalah hamba, utusan, dan kekasih-Nya.”
Ibnu Arabi menyatkan bahwa tajalli Tuhan ada dua bentuk, yaitu tjalli ghaib atau tajalli dzati dan tajalli shuhudi. Al-Kalabadzi membagi tajalli menjadi tiga macam , yaitu sebagai berikut :
a. Tajalli Zat, yaitu mukhasyafah
(terbukanya selubung yang menutupi kerahasiaan-Nya).
b. Tajalli sifat Adz-Dzat, yaitu tampaknya
sifat-siafat zat Allah sebagai sumber atau tempat cahaya.
c. Tajalli Hukma Adz-Dzat, yaitu tampaknya hokum
zat-Nya yaitu hal-hal yang berhubungan dengan akhirat dan apa yang ada
didalamnya.
Pengertian hubungan makhluk dan
Khalik disebut makrifat. Di sinilah letak perjalanan itu. Kalau sudah bisa
menggapainya niscaya akan merasakan tajalli. Kalau sudah bisa merasakan tajalli
akan takhalli, dan sebagainya sesuai kenaikan berzikir dalam makrifat. Tajalli
itu artinya meraih kemuliaan di sisi Allah, atau keluhuran. Saat mencapai
tingkatan itu, hati akan merasa sepi. Yaitu, sepi ing pamrih rame ing gawe.
Namun yang sebenarnya, makna tajalli sangat luas. Ini bahasa tasawuf dalam
tarekat. Kalau hati bisa meletakkan sepi selain Allah itu artinya akan
menemukan satu takhalli. Yaitu satu kenikmatan, kelezatan, satu kemanisan
karena bisa melepaskan semuanya selain Allah dan Rasul-Nya.
KESIMPULAN
Takhalli berarti mengkosongkan atau memersihkan diri
dari sifat-sifat tercela dan dari kotoran penyakit hati yang merusak. Hal ini
akan dapat dicapai dengan jalan menjauhkan diri dari kemaksiatan dengan segala
bentuk dan berusaha melepaskan dorongan hawa nafsu jahat.
Perlu diketahui bahwa maksiat batin itu pula yang
menjadi penggerak maksiat lahir. Selama maksiat batin itu belum bias
dihilangkan pula maksiat lahir tidak bisa di bersihkan. Maksiat lahir Adalah
segala maksiat tercela yang di kerjakan oleh anggota lahir. Sedangkan maksiat
batin adalah segala sifta tercela yang dilakukan oleh anggota batin dalam hal
ini adalah hati, sehingga mudah menerima pancaran nur Illahi, dan tersingkaplah
tabir (hijab).
Tahalli berarti berhias. Maksutnya adalah
membiasakan diri dengan sifat dan sikap serta pebuatan yang baik. Berusaha agar
dalam setiap gerak prilaku selalu berjalan diatas ketentuan agama, baik
kewajiban luar maupun kewajiban dalam tau ketaan lahir maupun batin. Ketaatan
lahir maksutnya adalah kewajiban yang bersifat formal, seperti sholat, puasa,
zakat, haji, dan lain sebagainya.
Pada dasarnya jiwa manusia bias di latih, dikuwasai, diubah, dan dibentuk seuai dengan kehendak manusia itu sendiri. Dari satu latihan akan menjadi kebiasaan dan kebiasaan akan mengahasilkan kepribadian. Sikap mental dan perbuatan lahir yang sangat pentiang diisikan dalam jiwa dan dibiasakan dalam perbuatan dalam rangka pembentukan manusia paripurna antara lain adalah taubat, sabar, zuhud, twakal, cinta, makrifat, keridhoan, dan sebagainya.
Pada dasarnya jiwa manusia bias di latih, dikuwasai, diubah, dan dibentuk seuai dengan kehendak manusia itu sendiri. Dari satu latihan akan menjadi kebiasaan dan kebiasaan akan mengahasilkan kepribadian. Sikap mental dan perbuatan lahir yang sangat pentiang diisikan dalam jiwa dan dibiasakan dalam perbuatan dalam rangka pembentukan manusia paripurna antara lain adalah taubat, sabar, zuhud, twakal, cinta, makrifat, keridhoan, dan sebagainya.
Tajalli bermakna pecerahan atau penyIngkapan. Suatu
term yang berkembang di kalangan sufisme sebagai sebuah penjelamaan, perwujudan
dari yang tunggal, Sebuah pemancaran cahaya batin, penyingkapan rahasia Allah,
dan pencerahan hati hamba-hamba saleh.
Tajalli adalah tersingkapnya tirai penyekap dai alam
gaib, atau proses mendapat penerangan dari nur gaib, sebagai hasil dari suatu
meditasi. Dalam sufisme, proses tersingkapnya tirai dan penerimaan nur gaib
dalam hati seorang mediator disebut Al-Hal, yaitu proses pengahayatan gaib yang
merupakan anugrah dari Tuhan dan diluar adikuasa manusia.
khitobah
سادات المعلمين
الرحيمة
وياايتهالرميلات
الممتازة فى الرين والعقيدة
قال رسول الله صلى
الله عليه وسلم : يسلم الصغيرعلى الكبير
والمارعلى القائد
والقليل على الكثير
فلذلك اجبناالسلام
بالنشاط ……..‼
بسم الله الرحمن
الرحيم
السلام عليكم ورحمة
الله وبركااته
الحمدلله رب
اللعالمين وبه نستعين على امورالدنياوعلى اله وصحبه اجممعين.
امابعد
حى بناتشكرشكرا الى
الله تعالى الذى قداعطعنانعمة ووهداية حتى نستطيع ان
نجتمع فى هذالمكان
الميارك
صلاة وسلامادائميت الى نبينامحمد صلى الله
عليه وسلم الذى فد حملنا منا
الظلمات الى
النوروالى السرات المستقيم
ولاانسى اشكرشكر # الى رئيسة الجلسة التي قد
اعطعن فرصة قليلة بل غلية
لان اخطب اما مكن
جميعاتحت الانوان :
"د ورالمعلمين فى تقوين الاجلاق"
كماعرفتنالان اكثرمن الاطفال والشباب
لااخلاق لهم, هم
يطرقن الاخلاق حتى يشجعون بوالد يهم وغيرذ لك.
اذاوقع مثل د لك من
الخطا …….؟
هل ولده, معلمه,
مجتمعه اوالاطفال نفسهم ……..؟
المعلم المختملسن, واجبال المستقبل معلمه.
ينبغى لناان نشعربانهم مجبورون على جعل سوءالاخلاق بان يكون حسن
الاخلاق.
فى العملية التعليمية, يطبرمن
المعلمين يسكل اختصاص وشحصية صفة
الطلاب. لان يكون رجل كامل ومومن ومسؤول وله اخلاق كريمة
لوصول ذ لك كشير من الاسئلة التى تناز. كيف يمكن للمدرس لتعليم بالامتل.
وقد درس بعض المراقبين
وخبرءالتعلم الاد وارالتى ينبغى القيام به من قبل
المعلم
1 – المعلم كمر
بى. كمر بى ينبغى ان يكون اللمعلم قد وة حسنة فى مدرسة
ومجتمع
2 – معلم كمعلم :
كمعلم ينبغى ان يكون المعلم اعطاءتشجيع والتواصل الجيد
بطلابه
3 – معلم كمشير :
كمشيربالطلاب اوبوالده لايد للمعلم يعطى النطائح الى
الطلاب كي يكون الانسان المفيدة ووالمؤمن
وله اخلاق كريمة
4 – معلم كمرد شد
: معلم كمرشد لرحلة.رحلة هناليس فقد جسد ية ولكن ذ
هنية ايضاوكذ لك العواطف والابداع والاخلاق
والروح
اذامعلم لد يهم طبيعة كل, فان شاءلله
لانتاج رئيس الامة المؤمن والمسؤو
ل وله الاجلاق
كريمة
كفيت هنا لكلام, شكر # على اختهامكم جميعا
انظرماقال ولاتنطرمنقال
والسلام عليكم
ورحمة الله وبركاته
Sabtu, 20 Oktober 2012
psikologi
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Pengertian
Inteligensi(kecerdasan)
Inteligensi atau
yang sering disebut dengan kecerdasan otak merupakan salah satu faktor yang turut menentukan cepat atau lambatnya
seseorang didalam proses memecahkan suatu masalah. Inteligensi itu berasal dari kata
Latin:”intelligere”yang berarti:menghubungkan atau menyatukan satu sama lain
(to relate=menghubungkan,to organize= mengorganisasikan, to
bind together= mengikat bersama). ( Affifudi, dkk, 1986:39)
Inteligensi bukanlah suatu yang bersifat kebendaan,
melainkan fiksi ilmiah untuk mendeskripsikan
perilaku individu yangberkaitan dengan kemampuan intelektual. Dalam mengartikan
inteligensi(kecerdasan) ini,para ahli mempunyai pengertian yang beragam.
Diantara penertian kecerdasan itu adalah sebagai berikut:
a. C.P.Chaplin
(Syamsu Yusuf,2010:106) mengartikan kecerdasan itu sebagai kemampuan menghadapi
dan menyesuaikan diri terhadap situasi baru secara cepat dan efektif
b. Binet(Syamsu
Yusuf,2010:106) menyatakan bahwa sifat hakikat kecerdasanitu ada tiga macam,
yaitu:
·
Kecerdasan untuk
menetapkan dan mempertahankan (memperjuangkan) tujuan tertentu.
·
Kemampuan untuk
mengadakan penyesuaian dalam rangka mencapai tujuan tersebut
·
Kemampuan untuk
melakukan otokritik, kemampuan untuk belajar dari kesalahan yanng telah
dibuatnya
c. Raymon
Cattel dkk.(Syamsu Yusuf,2010:106) mengklasifikasikan kecerdasan kedalam dua
kategori yaitu:
·
Fluid
Inteligence, yaitu tipe kemampuan analisis kognitif yang relatif tidak
dipengaruhi oleh pengalaman belajar sebelumnya
·
Crystallized
Inteligence, yaitu keterampilan-keterampilan atau kemampuan nalar (berpikir)
yang dipengaruhi oleh pengalaman belajar sebelumnya
d. Super dan Cites
(Soemanto. 1990) mengemukakansuatu definisi yang sering dipakai oleh sementara
orang sebagai berikut “intelligence has fequently been defined as the ability
to adjust to the environment or to learn from experience” (intelegensi telah
sering didefinisikan sebagai kemampuan menyesuaikan diri dengan lingkungan atau
belajar deri pengalaman).
e. Alfred Binet (Syaifudin 2004) seorang tokoh utama perintis pengukuran
intelegensi yang hidup antara tahun 1857-1911 bersama Theeogore Simon
mendefinisikan intelegensi sebagai terdiri atas 3 komponen :
·
Kemampuan untuk mengarahkan pikiran atau mengarahkan
tindakan,
·
Kemampuan untuk mengubah ararh tindakan bila tindakan tersebut
telah dilaksanakan, dan
·
Kemampuan untuk mengkritik diri sendiri atau
melakaukan autocriticism
f. Levis Madison
Terman (syaifudin. 2004) mendefinisikan intelegensi sebagai kemampuan seseorang
untuk berfikir secara abstrak, sedangkan H.H. Goddard mendefinisikan
intelegensi sebagai tingkat kemampuan pengalaman seseorang untuk menyelesaikan
masalah yang langsung dihadapi untuk mengantisipasi masalah-masalh yang akan
datang.
g. Andrew Crider
(syaiful. 2004) mengatakan bahwa intelegensi itu bagaikan listrik, gampang
untuk diukur tapi hampir mustahil untuk didefinisikan. Kata-kata ini banyak
benarnya. Tes intelegensi sudah dibuat orang sejak sekitar 8 dekade yang lalu,
akan tetapi sejauhini belum ada definisi intelegensi yang dapat diterima secara
universal.
Dari pendapat-pendapat diatas,dapatlah dikemukakan
bahwa hasil daripada inteligensi itu akan mengarah kepada 2 macam
kenyataan,yaitu:
1. Inteligensi
Teoritis
Artinya inteligensi (kecerdasan otak) yang dengan cepat dan tepat dapat
memperoleh suatu pikiran penyelesaian terhadap masalah yang dihadapinya.
2. Inteligensi
Praktis
Mengatasi suatu situasi kerja yang rumit dan
sulit.(Affifudin dkk,1986:39)
Beberapa teori-teori inteligensi menurut tokoh-tokoh
(Syamsu Yusuf,2010:107):
Ø Teori
“Two Factors”, dikemukakan oleh Charles Spearman (1904). Menurut Charles
bahwa inteligensi meliputi kemampuan umum yang diberi kode “g” (general
factors), dan kemampuan khusus yang diberi kode “s” (specific factors).
Ø Teori
“Primary Mental Abilities”, dikemukakan oleh Thurstone (1983). Dia
berpendapat bahwa inteligensi merupakan penjelmaan dari kemampuan primer, yaitu
: kemampuan bahasa (verbal comprehension), kemampuan mengingat (memory),
kemampuan nalar / berpikir logis (reasoning), kemampuan tilikan ruang (spatial
factors), kemampuan bilangan (numerical ability), kemampuan
menggunakan kata-kata (word fluency) dan kemampuan mengamati dengan
cepat dan cermat (perceptual speed).
Ø Teori
“Multiple Intelligence”, dikemukakan oleh J.P. Guilford dan Howard
Gardner. Guilford berpendapat bahwa inteligensi itu dapat dilihat dari tiga
kategori dasar atau “faces of intellect”, yaitu: Operasi Mental (proses
berpikir), Content (isi yang dipikirkan) dan Product (Hasil
Berpikir). Contoh : untuk dapat mengisi deretan angka 3, 6,12,24,... memerlukan
“convergent operation” (hanya satu jawaban yang benar) dengan “symbolic
content” (angka) untuk memperoleh suatu “relationship product”
(angka rangkap berdasarkan pola hitungan sebelumnya). Sedangkan menurut Howard
Gardner (1993), membagi inteligensi itu dalam 7 jenis, seperti : logical
mathematical, Linguistic, Musical, Spatial, Bodily Kinesthetic, Interpresonal
dan Intrapersonal.
Ø Teori
“Triachic of Intelligence”, dikemukakan oleh Roberth Stenberg (1985,
1990). Teori merupakan pendekatan proses kognitif untuk memahami inteligensi.
Stenberg mengartikannya sebagai suatu “deskripsi tiga bagian kemampuan mental”
(proses berpikir, mengatasi pengalaman atau masalah baru, dan penyesuaian
terhadap situasi yang dihadapi) yang menunjukkan tingkah laku intelligen.
Ciri-ciri
yang berhubungan dengan tingkatan kecerdasan serta pengaruhnya terhadap proses
belajar(Syamsu Yusuf,2010:111):
a. Idiot
IQ: 0-29. Idiot merupakan kelompok individu terbelakang yang paling rendah.
Tidak dapat berbicara atau hanya dapat mengucapkan beberapa kata saja. Biasanya
tidak dapat mengurus dirinya sediri, seperti: mandi, berpakaian makan dll, dia
harus diurusi oleh orang lain.
b. Imbecile
IQ: 30-40. Pada imbecile dapat diberikan latihan-latihan ringan, tetapi dalam
kehidupannya selalu bergantung pada orang lain, tidak dapat berdiri sendiri/
mandiri
c. Moron
atau debil( mentally handicapped/mentally retarted) IQ: 50-69. Kelompok ini
sampai tingkat tertentu dapat belajar membaca, menulis dan membuat
perhitungan-perhitungan sederhana, dapat diberikan pekerjaan rutin tertentu
yang tidak memerlukan perencanaan dan pemecahan
d. Kelompok
bodoh (dull/bordeline) IQ: 70-79. Secara susah payah dengan beberapa hambatan,
individu tersebut dapat melaksanakan sekolah lanjutan pertama tetapi sukar
sekali untuk dapat menyelesaikan kelas-kelas terakhir di sekolah menengah
tingkat pertama.
e. Normal
rendah (bellow avarage) IQ:80-89. Kelompok ini termasuk normal, rata-rata atau
sedang tetapi pada tingkat terbawah, mereka agak lambat dalam belajarnya.
f. Normal
sedang, IQ:90-109. Kelompok ini merupakan kelompok yang normal atau rata-rata.
Mereka merupakan kelompok yang terbesar presentasennya dalam populasi penduduk
g. Normal
tinggi(above average), IQ:110-119. Kelompok ini merupakan kelompok individu
yang normal tetapi berada pada tingkat yang tinggi
h. Cerdas(
superior), IQ:120-129.Kelompok ini sangat berhasil dalam pekerjaan
sekolah/akademik. Mereka sering kali terdapat dalam kelas biasa.
i.
Sangat
cerdas(very superior/gifted),IQ:130-139. Lebih cakap dalam membaca, mempunyai
pengetahuan tentang bilangan yang sangat baik, perbendaharaan kata yang luas
dan cepat memahami pengertian yang abstrak.
j.
Genius IQ:140 Ke
atas. Kelompok ini kemampuannya sangat luar biasa. Mereka pada umumnya memiliki
kemampuan untuk memecahkan masalah dan menemukan sesuatu yang baru, walaupun
mereka tidak bersekolah.
Uraian tersebut menjelaskan tentang
kecerdasan dalam ukuran kemampuan intelektual atau tataran kognitif. Faktor yang paling dominan
mempengaruhi keberhasilan(kesuksesan) individu dalam hidupnya bukan semata-mata
ditentukan oleh tingginya kecerdasan intelektual tetapi oleh faktor kemantapan
emosional yang oleh ahlinya, yaitu Daniel Goleman disebut Emotional
Intelligence(Kecerdasan Emosional).
Macam-macam kecerdasan
a. Kecerdasan
linguistik-verbal,mengacu pada kemampuan untuk menyusun pikiran dengan jelas
dan mampu menggunakan kemampuan ini secara kompeten melalui kata-kata untuk
mengungkapkan pikiran-pikiran ini dalam berbicara, membaca dan menulis.
Kecerdasan ini sangat dihargai dalam dunia modern sekarang,karena orang
cenderung untuk menilai orang lain dari cara mereka berbicara dan menulis.
b. Kecerdasan
matematis-logis adalah kemampuan untuk menangani
bilangan,perhitungan,pola,pemikiran logis,ilmiah.Tanpa kepekaan terhadap
bilangan,seseorang kemungkinan besar tertipu oleh harapan-harapan tidak
realistis akan memenagkan sebuah undian atau membuat keputusan keuangan yang
keliru..
c. Kecerdasan
visual-spasial
Kecedasan visual-spasial adalah
kecerdasan yang dimiliki oleh arsitek,insinyur mesin,seniman,fotografer,pilot,navigator,pemahat
dan penemu.Mereka memiliki kemampuan untuk melihat dengan tepat gambaran visual
disekitar mereka dan memperhatikan rincian kecil yang kebanyakan orang lain
mungkin tidak memperhatikan.
d. Kecerdasan irama musik adalah kemampuan untuk
menyimpan nada dalam benak seseorang,untuk mengingat irama itu dan secara
emosional terpengaruh oleh musik.Kecerdasan irama musik yang pertama dari
kecerdasan yang harus dikembangkan dari sudut pandang neorologis,berkat dunia
suara,irama,dan getaran yang kita rasakan sementara kita masih berada didalam
kandungan.
e. Kecerdasan Kinestetik memungkinkan manusia
membangun hubungan yang penting antara pikiran dan tubuh,dengan demikian
memungkinkan tubuh untuk memanipulasi objek dan menciptakan gerakan.Kecerdasan
fisik adalah kemampuan menggunakan dengan baik pikiran dan tubuh secara
serentak untuk mencapai segala tujuan yang diinginkan.
f.
Kecerdasan Interpersonal adalah kemampuan untuk berhubungan dengan
orang-orang di sekitar kita.Kecerdasan ini adalah kemampuan untuk memahami dan
memperkirakan perasaan,temperamen,suasana hati,maksud,dan keinginan orang lain
kemudian menanggapinya secara layak.
g. Kecerdasan
Intrapersonal adalah kecerdasan mengenai diri sendiri.Kecerdasan ini adalah
kemampuan untuk memahami diri sendiri dan bertanggung jawab atas kehidupannya
sendiri.Orang-oramg yang berkecerdasan interpersonal tinggi cenderung menjadi
pemikir yang tercermin pada apa yang mereka lakukan dan terus menerus membuat
penilaian diri.
B.Pengertian Pendidikan
Pendidikanbisa saja berawal dari sebelum bayi
lahir seperti yang dilakukan oleh banyak orang dengan memainkan musik dan
membaca kepada bayi dalam kandungan dengan harapan ia bisa mengajar bayi mereka
sebelum kelahiran.
Pada dasarnya pengertian pendidikanadalah usaha sadar dan terencana
untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik
secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual
keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta
keterampilan yang diperlukan dirinya dan masyarakat.
Menurut kamus Bahasa Indonesia Kata
pendidikan berasal dari kata ‘didik’ dan mendapat imbuhan ‘pe’ dan akhiran
‘an’, maka kata ini mempunyai arti proses atau cara atau perbuatan mendidik.
Secara bahasa definisi pendidikan adalah proses pengubahan sikap dan tata laku
seseorang atau kelompok orang dalam usaha mendewasakan manusiamelalui upaya
pengajaran dan pelatihan.
Menurut Ki Hajar Dewantara (Bapak
Pendidikan Nasional Indonesia) menjelaskan tentang pengertian
pendidikanyaitu: Pendidikan yaitu tuntutan di dalam hidup tumbuhnya
anak-anak, adapun maksudnya, pendidikan yaitu menuntun segala kekuatan kodrat
yang ada pada anak-anak itu, agar mereka sebagai manusia dan sebagai anggota
masyarakat dapatlah mencapai keselamatan dan kebahagiaan setinggi-tingginya.
Menurut UU No. 20 tahun 2003 Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana
untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik
secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual
keagamaaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta
ketrampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa, dan Negara.
Sedangkan,pengertian pendidikanmenurut H. Horne, adalah proses yang
terus menerus (abadi) dari penyesuaian yang lebih tinggi bagi makhluk manusia
yang telah berkembang secara fisik dan mental, yang bebas dan sadar kepada
vtuhan, seperti termanifestasi dalam alam sekitar intelektual, emosional dan
kemanusiaan dari manusia.
Dari beberapa pengertian pendidikan menurut
ahlitersebut
maka dapat disimpulkan bahwa Pendidikan adalah Bimbingan atau pertolongan yang
diberikan oleh orang dewasa kepada perkembangan anak untuk mencapai
kedewasaannya dengan tujuan agar anak cukup cakap melaksanakan tugas hidupnya
sendiri tidak dengan bantuan orang lain
C.Pendidikan Orang Tua
terhadap inteligensi Anak
Sudardja Adiwikarta dan
Sigelman & Shaffer (Syamsu Yusuf, 2010:36), berpendapat bahwa “ keluarga
merupakan unit sosial terkecil yang bersifat universal, artinya terdapat pada
setiap masyarakat di dunia (universe) atau suatu sistem soaial yang terpancang
(terbentuk) dalam sistem sosial yang lebih besar. Bentuk atau pola keluarga,
yaitu : 1. Keluarga batin / inti (nuclear family) yang terdiri atas suami /
ayah, istri/ibu, dan anak-anak yang lahir dari pernikahan antara keduanya dan
yang belum berkeluarga (termasuk anak tiri jika ada), 2. Keluarga luas
(extended family) yang keanggotaannya tidak hanya meliputi suami, istri, dan
anak-anak yang belum berkeluarga, tetapi juga termasuk kerabat lain yang
biasanya tinggal dalam sebuah rmah tangga bersama seperti mertua (orang tua
suami/istri), adik, kakak ipar atau lainnya.
Keluarga memiliki peranan yang sangat
penting dalam upaya mengembangkan pribadi anak.Perawatan orang tua yang penuh
kasih sayang dan pendidikan tentang nilai-nilai kehidupan,baik faktor yang
kondusif untuk mempersiapkan anak menjadi pribadi yang sehat.
Keluarga yang
bahagia merupakan suatu hal yang sangat penting bagi perkembangan emosi para
anggotanya(terutama anak).Fungsi dasar keluarga adalah memberikan rasa
memiliki,rasa aman,kasih sayang,dan mengembangkan hubungan yang baik diantara
anggota keluarga.(Diane Papalia,2008:404)
Keluarga juga dipandang sebagai institusi (lembaga)
yang memenuhi kebutuhan insani (manusiawi), terutama kebutuhan bagi
pengembangan kepribadiannya dan pengembangan ras manusia. Apabila mengaitkan
peranan keluarga dengan upaya memenuhi kebutuhan individu dari Maslow, maka
keluarga merupakan lembaga pertama yang dapat memenuhi kebutuhan tersebut.
Melalui perawatan dan perlakuan yang baik dari orang tua, anak dapat memenuhi
kebutuhan-kebutuhan dasarnya, baik fisik biologis maupun sosiopsikologisnya.
Apabila anak memperoleh rasa aman, penerimaan sosial dan harga dirinya, maka
anak dapat memenuhi kebutuhan tertingginya yaitu perwujudan diri.(Syamsu Yusuf, 2010:37)
Walaupun hampir semua orang tua
menyayangi dan mengasihi anak mereka,tetapi ada sebagian yang tidak dapat atau
tidak memberikan pengasuhan yang layak bagi anak mereka,dan sebagian yang lain
bahkan membunuh atau menyakiti anak-anak tersebut dengan sengaja.Salah asuhan
(maltreatment),oleh orang tua atau yang lain,adalah tindakan membahayakan anak
yang dapat dihindari dan dilakukan.(Diane Papalia,2008:404)
Sumbangan Keluarga pada perkembangan anak ditentukan oleh
sifat hubungan antara anak dengan berbagai anggota keluarga.
Hubungan ini sebaliknya dipengaruhi oleh pola kehidupan
keluarga dan juga sikap dan perilaku berbagai anggota keluarga terhadap anak
dalam keluarga tersebut. (Elizabeth B.Hurlock,1978:202)
Ada sejumlah faktor
 yang mempengaruhi perkembangan peserta didik.Menurut Santrok dalam Slavin (1997),aspek
mempengaruhi perkembangan itu adalah  keturunan/genetik dan lingkungan.Para
ahli genetic menyatakan kecerdasan dan temperamen merupakan aspek-aspek yang
paling banyak ditelaah yang dalamperkembangannya dipengaruhi oleh
keturunan.Kecerdasan Arthur Jensen (1969) mengemukakan pendapatnyabahwa kecerdasan
itu diwariskan (diturunkan).la juga mengemukakan bahwa lingkungan dan budaya
hanyamempunyai peranan minimal dalam kecerdasan. Dia telah melakukan beberapa penelitian tentang kecerdasan,di
antaranya ada yang membandingkan tentang peserta didik kembar yang berasal dari
satu telur (identicaltwins) dan yang dari dua telur (fraternal twins).
Identical twins memiliki genetik yang identik, karena itukecerdasan (IQ)
seharusnya sama. Fraternel Twins pada peserta didik sekandung genetiknya tidak
sama karenaitu IQ-nya pun tidak sama. Menurut Jensen bila pengaruh lingkungan
lebih penting pada identical twins yang dibesarkan pada lingkungan yang
berbeda, seharusnya menunjukkan IQ yang berbeda pula. Kajian terhadap hasil
penelitian menunjukkan bahwa seseorang yang dibesarkan pada dua lingkungan yang
berbeda korelasi rata-rata IQ-nya 82.Dua saudara sekandung yang dipelihara pada
dua lingkungan yang berbeda korelasi rata-rata IQ-nya 50.
Berbicara tentang
ada tidaknya hubungan antara tingkat-tingkat inteligensi anak-anak dengan
tingkat-tingkat inteligensi orang tua mereka,hal ini tak lepas dengan
pembicaraan tentang hereditas dalam hubungannya dengan inteligensi. (Soemanto.
1990 :142).
Fitzgerld dan
Mckinney (Soemanto, 1990 : 144), mengemukakan pengaruh tingkat pendidikan orang
tua dengan perkembangan intelegensi anak sebagai berikut “tingkat intelegensi
anak, disamping ditentukan oleh hereditas dari orangtua, juga oleh stimulasi
dari orangtua. Memang sudah banyak penelitian
yang menunjukkan, bahwa pendidikan dapat meningkatkan skor-skor intelegensi,
namun apakah intelegensi itu sendiri memang meningkat ataukah tidak, hal ini
maslh menjadi pertanyaan.(Soemanto,1990:144)
Pada usia sekolah
sikap hidup yang egosentris diganti dengan sikap yang obyektif
dan empiris berdasarkan pengalaman. Emosionalitas anak jadi semakin
kurang, sedang unsur intelek dan akal budi (rasio, fikir) jadi semakin
menonjol.Minat yang objektif terhadap dunia sekitar menjadi makin besar.
Sehubungan dengan semua ini, masa sekolah disebut pula sebagai periode
intelektual.(Kartini,1979:137)
Pada saat ini
anak tidak lagi banyak dikuasai oleh dorongan-dorongan endogen atau
impuls-impuls intern dalam pembuataan dan pikirannya akan tetapi lebih banyak
dirangsang oleh stimulus-stimulus dari luar. Anak sekarang mulai belajar jadi
seorang realis-kecil, yang berhasrat sekali mempelajari dan “menguasai” dunia
secara objektif. Untuk aktifitas tersebut ia memerlukan banyak informasi. Karenanya
dia selalu haus-bertanya, meminta bimbingan, menuntut pengajaran serta
pengajaran. (Kartini,1979:137)
Menurut observasi Haditono (F.J.Monks
dkk,1994:229) maka masalah underachiever (memperoleh
prestasi dibawah intelektual yang ia miliki). Disebabkan oleh suatu kombinasi
faktor yang banyak. Faktor pertama adalah kurangnya fasilitas belajar dalam
arti luas di sekolah , terutama di pelosok-pelosok maupun dirumah. Kedua,
kuranganya stimulasi mental oleh orangtua dirumah.Hal ini terutama berlaku
kepada orangtua yang tidak berpendidikan hingga mereka tidak mengerti sendiri
bagaimana membantu anak-anak mereka supaya lebih berhasil.Faktor ketiga adalah
keadaan gizi yang bila mana dapat dicapai tingkat yang lebih tinggi maka, secara
fisik anak lebih mampu menggunakan kapasitas otaknya lebih baik. Kombinasi faktor-faktor
ini ditambah keadaan lain yang kurang menguntungkan seperti perubahan sistem
pelajaran yang berkali-kali dalam mememukan sistem mana yang paling baik,
hingga bila para pengajar sendiri belum merasa mantap dalam menerapkan sistem
yang baru tersebut, semuanya ini memberikan dampak pada prestasi murid dan ikut
menyebabkan terjadinya underachiever.
Pendidikan bukanlah tanggung
jawab sekolah.Sekolah hanya membantu sebagian tanggungjawab kita sebagai
orangtua dalam mendidik anak.Dengan demikian, anak-anak yang kita sekolahkan,
bahkan di sekolahan bergengsi sekalipun, tetap membutuhkan pendidikan yang
sempurna dari pihak keluarga dan masyarakat. Alangkah baiknya, jika proses
pendidikan di sekolah di topang dengan upaya pendidikan keluarga dan interaksi
sosila yang konduksif.(Abdul Mustaqim,2005:16)
Pendidikan anak merupakan
tanggungjawab dan perhatian semua pihak terutama orangtua dan para pendidik.
Sebagai sebuah proses pendidikan akan mencapai hasil yang baik apabila
dilakukan sejarah, periodik yang bersinambungan. Sebagai orangtua atau pendidik, kita harus
sadar bahwa lingkungan yang paling bertanggungjawab terhadap pendidikan anak
adalh keluarga. Disamping lingkungan sekolah dan masyarakat, berhasil tidaknya
proses pendidikan juga sangat bergantung pada lingkungan yang menumbuhkan dan
mengembangkan anak. (Abdul Mustaqim,2005:22)
BAB III
PENUTUP
A.KESIMPULAN
Berdasarkan
uraian yang telah dipaparkan diatas maka dapat diambil kesimpulannya bahwa keluarga
memiliki peranan yang sangat penting dalam upaya mengembangkan pribadi anak. Begitupun pula dengan kecerdasan anak maka dapat
dipengaruhi salah satunya dari keluarga / orang tua. Berbicara tentang ada tidaknya hubungan antara tingkat-tingkat
inteligensi anak-anak dengan tingkat-tingkat inteligensi orang tua mereka,hal
ini tak lepas dengan pembicaraan tentang hereditas dalam hubungannya dengan
inteligensi.Inteligensi atau yang sering
disebut dengan kecerdasan otak merupakan salah satu faktor yang turut menentukan
cepat atau lambatnya seseorang didalam proses memecahkan suatu masalah.Faktor
yang paling dominan mempengaruhi keberhasilan(kesuksesan) individu dalam
hidupnya bukan semata-mata ditentukan oleh tingginya kecerdasan intelektual
tetapi oleh faktor kemantapan emosional yang oleh ahlinya, yaitu Daniel Goleman
disebut Emotional Intelligence(Kecerdasan Emosional).Alangkah baiknya, jika proses
pendidikan di sekolah di topang dengan upaya pendidikan keluarga dan interaksi
sosila yang konduksif. Maka diperlukan pendidikan terhadap inteligensi anak
oleh orang tua. Pendidikan adalah Bimbingan atau pertolongan yang
diberikan oleh orang dewasa kepada perkembangan anak untuk mencapai
kedewasaannya dengan tujuan agar anak cukup cakap melaksanakan tugas hidupnya sendiri
tidak dengan bantuan orang lain.Sumbangan
keluarga pada perkembangan anak ditentukan oleh sifat hubungan antara anak
dengan berbagai anggota keluarga.
DAFTAR PUSTAKA
Afifudin, dkk. 1986. Psikologi
Pendidikan Anak Usia Sekolah Dasar. Solo:Harapan Massa.
Soemanto, Wasty. 1990. Psikologi
Pendidikan. Jakarta:PT.Renika Cipta.
Azwar, Saifuddin. 2004. Pengantar
Psikologi Intelegensi. Yogyakarta:Pustaka Pelajar.
Mustaqim, Abdul. 2005. Menjadi
Orangtua Bijak. Bandung:PT.Mizan Pustaka.
Kartono, Kartini. 1979. Psikologi
Anak. Bandung:Alumni.
Papalia, Diana E., et, al.
2008. Human Development (Psikologi Perkembangan). Jakarta:Kencana.
Yusuf LN, Syamsu. 2010. Psikologi Perkembangan
Anak dan Remaja. Bandung:PT. Remaja Rosdakarya.
L, Zulkifli. 2003. Psikologi
Perkembangan. Bandung:PT. Remaja Rosdakarya.