Welcome to my blog, hope you enjoy reading
RSS

Pages

Sabtu, 20 Oktober 2012

sejarah peradaban islam









BAB I
PENDAHULUAN

Nama safawiyah diambil dari nama pendirinya, Safi al-Din. Yang merupakan keturunan dari Imam Syi’ah yang keenam, Musa al-kazim, nama tarekhat ini terus dipertahankan sampai tarekat ini menjadi gerakan politik, Bahkan nama ini terus dilestarikan hingga berhasil mendirikan kerajaan.
Pada mulanya gerakan tarekat yang dipimpinnya bertujuan untuk memerangi orang-orang yang ingkar terhadap ajaran agama dan "ahli-ahli bid'ah".  Safi al-Din mengubah tarekat ini dari yang mulanya pengajian tasawuf murni yang bersifat local menjadi gerakan keagamaan yang besar  pengaruhnya di Persia, Syiria, dan Anatolia.
Ketika kerajaan Usmani sudah mencapai puncak kemajuannya. Kerajaan Safawi baru berdiri. Kerajaan ini berkembang dengan cepat dalam perkembangannya, kerajaan safawi sering bentrok dengan Turki usmani









BAB II
PEMBAHASAN

  1. Masa Berdirinya
1.      Masa Kepemimpinan Safi al-Din
Ketika kerajaan Usmani sudah mencapai puncak kemajuannya. Kerajaan Safawi dan Persia baru berdiri. Kerajaan ini berkembang dengan cepat dalam perkembangannya, kerajaan safawi sering bentrok dengan Turki Usmani Berbeda dengan dua kerajaan islam lainnya ( Usmani dan Mughal ) Kerajaan Safawi menyatakan, syiah sebagai mazhab Negara. Sehingga kerajaan ini dianggap sebagai pelekat pertama dasar terbentuknya negara Iran saat ini.
Kerajaan Safawi berasal dari sebuah gerakan tarekat yang berdiri di Ardabil. Sebuah kota di Azerbaijan[1] Tarekat ini diberi nama tarekat Safawiyah yang diambil dari nama pendirinya, Safi Al-Din ( 1252-1334 M ) dan nama Safawi itu terus dipertahankan sampai menjadi gerakan politik. Bahkan terus dilestarikan hingga tarekat (gerakan) ini menjadi sebuah kerajaan. Safi Al-Din berasal dari keturunan orang yang berada dan memiliki sufi sebagai jalan hidupnya. Ia merupakan keturunan dari Imam Syi’ah yang keenam Musa al-Khazim. Karena prestasi dan ketekunannya dalam kehidupan tasawuk, Safi Al-Din dijadikan menantu oleh gurunya Taj Al-Din ibrahim Zahidi ( 1216-1301 M) yang dikenal dengan julukan Zahid al-Gilani[2].
Safi Al-Din mendirikan tarkat Safawiyah setelah ia menggantikan guru dan sekaligus mertuanya yang wafat tahun 1361 M. Pengikut tarkat ini sangat teguh pada ajaran agamanya. Pada awalnya gerakan Safawiyah bertujuan memerangi orang – orang yang ingkar, kemudian memerang golongan “ Ahli – ahli bid’ah “. Bentuk tarkat itu dari pengajian Tasawuf murni yang bersifat local menjadi gerakan keagamaan yang besar pengaruhnya di Persia, Syiria, dan Andalusia.[3]
2. Kepemimpinan Juneid ( 1447-1460 M )
Pada masa pemerintahannya lebih cenderung ke dunia politik. Dinasti Safawi memperluas gerakannya dengan menambahkan kegiatan politik pada kegiatan keagamaan. Perluasan ini menimbulkan konflik antara Juneid dengan Kara koyunlu (domba Hitam), salah satu bangsa Turki yang berkuasa di daerah itu.  Dalam pertempuran itu Juneid kalah dan diasingkan di suatu tempat. Di tempat baru itu ia mendapat perlindungan dari pengusa Diyar Bakr, Ak-Koyunlu (domba putih), juga satu bangsa Turki. Ia tinggal di istana Uzun Hasan, yang ketika itu menguasai sebagaian besar Persia3.
3. Kepemimpinan Haidar
Kepemimpinan gerakan Safawi diserahkan kepada Haidar pada tahun 1470 M. Sementara itu hubungan Haidar dan Uzun Hasan dengan menikahnya Haidar dengan putri Uzun Hasar. Dari perkawinan ini lahirlah ismail yang dikemudian hari menjadi pendiri kerajaan Safawi di Persia.
4. Kepemimpinan Ismail
Kepemimpinan gerakan Safawi sekelanjutnya berada di tangan Ismail yang saat itu berusia tujuh tahun. Selama lima belas tahun ismail beserta pasukannya bermarkas di Gilan. Mempersiapkan kekuatan dan mengadakan hubungan dengan para pengikutnya di Azas Baijan, Syiria, dan Anatolia. Pasukan yang dipersiapkan itu bernama Qizilbash ( baret merah ).
Di bawah pimpinan Ismail, tahun 1501 M, pasukan Qizilbash Ismail memproklamirkan dirinya sebagai raja pertama dinasti Safawi, dan dia disebut dengan ismail 1.Ismail 1 berkuasa kurang lebih 23 tahun ( 1501- 1524 M ). Pada sepuluh tahun pertama Ia berhasil memperluas kekuasaannya. Hanya dalam sepuluh tahun wilayaahnya meliputi seluruh Persia bagian timur bulan sabil sibur ( forsile Crescent ).
Ambisi politik Ismail bukan hanya sampai di situ, tetapi ia terus menguasai daerah-daerah yang lainnya, seperti Turki Utsmani. Namun, Ismail bukan hanya menghadapi musuh yang kuat, dan ia juga sangat memberlakukan paham Syi’ah. Peperangan terjadi pada tahun 1514 M di Chaldiran, dekat Tabriz. Karena keunggulan mileter Turki Utsmani, Ismail mengalami kekalahan dan Turki dibawah pimpinan sultan Salim dapat menduduki Tabzin. Setelah kekalahan itu Ismain berubah, dan ia menjadi seseorang yang suka menyendiri, huru-hara, dan suka berburu. Dan itu menjadi dampak buruk bagi kerajaan Safawiyah.
Sepeninggal Ismail, permusuhan antara kerajaan Utsmani terus berjalan, dan terjadi beberapa peperangan dibawah pemerintahan Tahmasp (1524-1576), Ismail II (1576-1577), Muhammad Khudabanda (1577-1587). Pada masa ketiga raja tersebut safawi dalam keadaan lemah.
5.  Abbas I (1588-1628)
Kondisi memprihatinkan baru dapat di atasi setelah Abbas I naik tahta. Ia memerintah dari tahun 1588 sampai dengan 1628 M[4]. Langkah-langkah yang ditempuh untuk memulihkan Kerajaan Safawi adalah:
                   I.            Menghilangkan dominas pasukan Qizilbash atas kerajaan safawi dengan membentuk pasukan baru yang anggotanya terdiri dari budak-budak tawanan perang.
                II.            Mengadakan perjanjian damai dengan Turki Utsmani.
Usaha-usaha yang dilakukan Abbas akhirnya dapat membuat kerajaan Safawi kuat kembali.

B.     Kejayaan kerajaan Safawiyah
Masa kekuasaan Abbas 1 merupakan puncak kerajaan safawiyah. Kemajuan-kemajuan yang dicapai antara lain sebagai berikut;
  1. Bidang Politik
Abbas 1 mampu mengatasi berbagai kemelut didalam negeri yang menganggu stabilitas negara dan berhasil merebut kembali wilayah-wilayah yang pernah direbut oleh kerajaan lain pada masa kerajaan-kerajaan sebelumnya.
  1. Bidang Ekonomi
Stabilitas politik kerajaan Safawi pada masa Abass 1 ternyata telah memacu perkembangan perekonomian Safawi[5], lebih-lebih setelah kepulauan Hurmuz dikuasai dan pelabuhan Gumrun diubah menjadi Bandar Abbas. Dengan dikuasainya bandar ini maka salah satu jalur dagang laut antara timur dan barat yang biasa diperebutkan oleh Belanda, Inggris, dan Perancis sepenuhnya menjadi milik kerajaan Safawi.
Di samping sektor perdagangan, kerajaan ini juga mengalami kemajuan terutama didaerah Bulan Sabit Subur.
  1. Bidang Ilmu Pengetahuan
Dalam sejarah Islam bangsa Persia dikenal sebagai bangsa yang berperadaban tinggi dan berjasa mengembangkan ilmu pengetahuan.Oleh karena itu, tidak mengherankan apabila pada masa kerajaan ini tradisi keilmuan ini terus berlanjut.
Ada beberapa ilmuan yang selalu hadir di majlis Istana, yaitu Baha Al-Din Al-Syaerazi generalis ilmu pengetahuan, Sadar Al-Din Al-Syaerazi filosof, dan Muhammad Baqir Ibn Muhammad Damad filosoft, ahli sejarah, teolog, dan seorang yang pernah mengadakan observasi mengenai kehidupan lebih-lebih Dalam bidang ini, kerajaan ini mungkin dapat dikatakan lebih berhasil dari dua kerajaan besar Islam lainnya pada masa yang sama.
  1. Bidang Perkembangan Fisik dan Seni
Para penguasa kerajaan ini telah berhasil menciptakan Isfahan, ibu kota kerajaan, menjadi kota yang sangat indah. Di bidang seni, kemajuan nampak begitu ketara dalam gaya arsitektur bangunan-bangunannya, seperti terlihat pada masjid Shah yang dibangun tahun 1611 M dan masjid Syaikh Lutf Allah yang dibangun tahun 1603 M. Unsur seni lainnya terlihat pula dalam bentuk kerajaan tangan, keramik, karpet, permadani, pakaian dan tenun, mode, tembikar dan benda seni lainnya. Seni lukis mulai dirilis sejak zaman Tahmasp 1. Raja Ismail 1 pada tahun  1522 M membawa seorang pelukis timur ke Tabriz. Pelukis ini bernama Bizhad.
C.    Kemunduran kerajaan safawiah
Kemunduran kerajaan Safawi adalah sepeninggal Abbas I, berturut-turut di perintah oleh enam raja, yaitu Safi Mirza (1628-1642 M), Abbas II (1642-1667 M), Sulaiman (1667-1694 M), Husain (1694-1722 M), Tahmasp II (1722-1732 M), dan Abbas III (1733-1736 M). Pada masa raja-raja tersebut kondisi kerajaan tidak menunjukan grafik naik dan berkembang, tetapi justru memperlihatkan kemunduran yang akhirnya membawa kepada kehancuran.
Diantara sebab-sebab kemunduran dan kehancuran kerajaan Safawi ialah konflik berkepanjangan dengan kerajaan Usmani. Bagi Kerajaan Usmani berdirinya Kerajaan Safawi yang beraliran Syi’ah merupakan ancaman langsung terhadap wilayah kekuasaan. Konflik antara dua kerajaan tersebut berlangsung lama, meskipun pernah berhenti sejenak ketika tercapai perdamaian pada masa Shah Abbas I. Namun tidak lama kemudian Abbas meneruskan konflik tersebut, dan setelah itu dapat dikatakan tidak ada lagi kedamaian antara dua kerajaan besar Islam itu.
Penyebab lainnya adalah dekadensi (penurunan) moral yang melanda sebagian para pemimpin kerajaan Safawi. Ini turut mempercepat proses kehancuran kerajaan tersebut. Sulaiman, di samping itu pecandu berat narkotika, juga menyenangi kehidupan malam beserta harem-haremnya selama tujuh tahun tanpa sekalipun menyempatkan diri menengani pemerintahan, Begitu jug Sultan Husein.
Penyebab penting lainya adalah karena pasukan ghulam(budak-budak) yang di bentuk oleh Abbas I tidak memiliki semangat perang yang tinggi seperti Qizilbash. Hal ini disebabkan karena pasukan tersebut tidak disiapkan secara terlatih dan tidak melalui proses yang dialami Qizilbash. Sementara itu, anggota Qizilbash yang baru ternyata tidak memiliki militansi dan semangat yang sama dengan anggota Qizilbash sebelumnya.
Tidak kalah penting dari sebab-sebab diatas adalah seringnya terjadi konflik intern dalam bentuk perebutan kekuasaan di kalangan keluarga istana.





BAB III
PENUTUP

Kerajaan Safawiyah merupakan kerajaan Islam yang termasuk kerajaan besar saat itu. Pada masa tersebut ilmu pengetahuan, seni, maupun politiknya mengalami kemajuan. Hal ini didorong oleh suatu fakta bahwa orang-orang Persia (mayoritas penduduk kerajaan Safawi adalah bangsa Persia) adalah bangsa yang mencintai seni dan ilmu pengetahuan. Selain itu keberadaan kerajaan Safawiyah yang berada di Persia juga mempengaruhi madzhab resmi negara monarkhi tersebut. Kerajaan Safawiyah menganut madzhab syiah sebagai madzhab resmi negara.



DAFTAR PUSTAKA
1.      Dr. Badrin Yatim. M.A,  Sejarah Peradaban Islam. (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 1999 )
2.      Dr. badri Yatim M.A, Sejarah Peradaban Islam, ( Jakarta: Rajawali pers, 1993 )
3.      Dedi Supriyadi, M.Ag. Sejarah Peradaban Islam, ( Bandung: Pustaka Setia,2008 )
4.      Prof. Dr. Suwito MA,Fauzan MA. Sejarh Sosial Pendidikan Islam, ( Jakarta: Prenada Media Grup, 2005 )


[1] 1Dr. Badrin Yatim. M.A,  Sejarah Peradaban Islam. (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 1999 ) hal 137.
[2] ibid..
[3] Dr. badri Yatim M.A, (Sejarah Peradaban Islam,Jakarta:Rajawali pers, 1993  )hal.139
[4]Prof. Dr. Suwito MA,Fauzan MA. Sejarh Sosial Pendidikan Islam, (Jakarta, Prenada Media Grup, 2005), hal 139
[5] Dedi Supriyadi, M.Ag. Sejarah Peradaban Islam, (Bandung, Pustaka Setia,2008), hal 256

2 komentar:

Unknown mengatakan...

weee . . .
mau tanya nich . .bAgaimana sikap Kerajaan safawiyah terhadap penduduk yag menganut paham lain??

Unknown mengatakan...

sangat ekstrim om, pd waktu k.syafawiah yg g sepaham dgn.n akan dipaksa mengikuti phm.n bahkan yg g mow kut akan di bunuh,

Posting Komentar